BPBD Jatim Perkuat Kesiapsiagaan Hadapi Cuaca Ekstrem, 264 Bencana Tercatat Sepanjang 2025

pemerintahan | 09 November 2025 11:11

BPBD Jatim Perkuat Kesiapsiagaan Hadapi Cuaca Ekstrem, 264 Bencana Tercatat Sepanjang 2025
Infografis kejadian bencana (dok Pusdalop BPBD Jatim)

Berita ini disuport oleh BPBD Jatim

SURABAYA, PustakaJC.co - Memasuki puncak musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur terus memperkuat langkah kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. BPBD Jatim mencatat sebanyak 264 kejadian bencana terjadi sepanjang Januari hingga Oktober 2025. Dari data tersebut, 99 orang meninggal dunia, 141 orang luka-luka, serta 1 orang dinyatakan hilang. Total warga terdampak mencapai 33.174 kepala keluarga (KK) dengan 2.655 rumah rusak akibat bencana.

 

Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, menjelaskan bahwa banjir menjadi bencana paling dominan dengan total 117 kejadian, disusul angin kencang (103 kejadian), tanah longsor (14 kejadian), serta sejumlah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ia menegaskan bahwa dinamika cuaca ekstrem masih menjadi pemicu utama peningkatan risiko bencana di berbagai wilayah.

 

“Banjir dan angin kencang masih menjadi ancaman terbesar. Kondisi ini dipengaruhi oleh curah hujan tinggi dan perubahan pola angin. Kami mengimbau masyarakat untuk tetap siaga,” ujarnya, dilansir dari berbagai sumber, Minggu (9/11/2025).

Dari sebaran wilayah, Kabupaten Pasuruan mencatat kejadian bencana tertinggi dengan 22 kejadian, disusul Jombang (17 kejadian), Mojokerto (16 kejadian) dan Malang (13 kejadian). Sementara daerah tapal kuda seperti Lumajang, Jember, dan Probolinggo juga tercatat rentan terhadap banjir dan potensi tanah longsor.

 

Kerusakan bangunan yang terjadi, kata Gatot, sebagian besar disebabkan oleh banjir dan terpaan angin kencang yang merusak atap, tiang penyangga, hingga menumbangkan pepohonan besar. Selain itu, kondisi geografis Jatim yang banyak mencakup perbukitan turut meningkatkan risiko longsor di sejumlah titik rawan.

 

“Kami meminta warga yang tinggal di bantaran sungai, lereng bukit, atau kawasan padat angin untuk meningkatkan kewaspadaan. Laporkan setiap tanda bahaya ke posko BPBD terdekat,” tegasnya.

Kesiapsiagaan tidak hanya dilakukan melalui respons darurat, tetapi juga melalui mitigasi berkelanjutan. BPBD Jatim bersama pemerintah kabupaten/kota memperkuat Early Warning System (EWS), melakukan sosialisasi mitigasi di sekolah dan desa rawan bencana, hingga membentuk Desa Tangguh Bencana sebagai basis edukasi lokal.

 

Upaya respons cepat juga terus dilakukan. Pada Rabu (5/11/2025), BPBD Jatim mencatat lima kejadian bencana dalam satu hari di sejumlah kabupaten/kota, yaitu banjir di Sidoarjo dan Bojonegoro, pohon tumbang di Mojokerto, angin kencang di Lumajang, serta insiden laka air di Jember. Personel BPBD diterjunkan untuk evakuasi, penilaian kerusakan, serta pemulihan akses warga.

 

“Kami berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota dan lintas instansi di lapangan. Penanganan harus cepat dan tepat sasaran agar risiko korban dapat ditekan,” kata Gatot.

 

BPBD Jatim juga terus memperbarui laporan perkembangan bencana, terutama mengingat potensi peningkatan curah hujan dalam beberapa pekan ke depan. Pihaknya meminta masyarakat untuk tidak mengabaikan tanda-tanda awal, seperti kenaikan debit sungai, tanah retak, hingga suara gemuruh dari tebing.

“Bencana adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, masyarakat, dan relawan harus bergerak dalam satu visi mitigasi. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan bisa menyelamatkan nyawa,” tegasnya.

 

Masyarakat yang memerlukan pertolongan atau ingin melaporkan situasi darurat dapat menghubungi call center 112 atau posko BPBD setempat. (int)