Kediaman keluarga Wahid di Ciganjur pun ramai dikunjungi tokoh-tokoh NU, akademisi, dan santri dari berbagai daerah. Tak sedikit yang datang untuk sekadar membaca tahlil, bersyukur, dan berfoto di depan potret besar Gus Dur yang dipajang di ruang tamu. Di media sosial, ribuan warganet menulis ucapan syukur dan doa: “Akhirnya, Gus Dur resmi pahlawan nasional. Terima kasih atas cahaya yang tak pernah padam.”
Di tengah suasana itu, terlihat betapa penghormatan kepada Gus Dur tidak berhenti pada gelar negara. Ia telah menjadi simbol keberanian untuk tetap manusiawi dalam politik, dan simbol keislaman yang ramah dalam keberagaman.
“Gus Dur selalu mengajarkan, jangan membalas kebencian dengan kebencian. Itulah pelajaran terbesar dari seorang pahlawan sejati,” ujar Yenny dengan mata yang mulai basah.