Ia menyebut, kembalinya wayang kulit di DPRD Jatim bukan sekadar seremonial, melainkan bentuk revitalisasi budaya yang sempat kosong di ruang pemerintahan.
“Melalui inisiatif DPRD Jatim, kita mendeklarasikan gerakan revitalisasi budaya. Sebuah komitmen untuk membersihkan kerutan ‘sukerta’ yang mungkin melekat pada lingkungan sosial dan politik kita,”katanya.
Tema pagelaran, “Meruwat Jawa Timur, Merawat Indonesia”, menurutnya sarat makna. Ruwatan dimaknai sebagai pemurnian dan selamatan kolektif dari berbagai keruwetan sosial, termasuk potensi konflik horizontal yang dipicu perbedaan keyakinan di masyarakat.
“Ini deklarasi politik budaya, bahwa kita bertekad menegakkan pembangunan yang dilandasi niat bersih dan etika luhur,” ujarnya.