BOJONEGORO, PustakaJC.co - Suasana Pasar Banjarjo tak seperti biasa. Di tengah kesibukan jual beli, Pemkab Bojonegoro menggelar Rapat Koordinasi Pengelolaan Sampah langsung di lokasi. Ini bukan sekadar simbolik, tapi bukti nyata dukungan penuh terhadap Gerakan Nasional Membersihkan Pasar Nusantara (GERNAS MAPAN).
Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, menegaskan bahwa pasar adalah penyumbang sampah terbesar kedua secara nasional. Dilansir dari jatimpos.co, Kamis, (8/5/2025)
“Kebersihan yang dikelola tidak baik bisa berdampak pada kesehatan, air, lingkungan, dan kenyamanan. Kita ingin pasar yang higienis dan nyaman. Dan itu tidak bisa dikerjakan sendiri, tapi harus bersama-sama,” tegas Wahono.
Tak hanya bicara, Pemkab juga mencanangkan pembersihan rutin di 76 pasar desa dan 16 pasar daerah. Semuanya masuk dalam sistem pengelolaan sampah terintegrasi.
Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, membawa angin segar lewat program “Satu Desa Satu Bank Sampah”.
“Kami dorong 419 desa punya bank sampah. Ini solusi jangka panjang, bukan tambal sulam,” kata Wakil bupati itu.
Nurul juga memberi apresiasi khusus untuk petugas kebersihan yang disebutnya sebagai “garda terdepan perubahan.”
Hadir dalam rakor ini lintas sektor: Dinas Perdagangan, DLH, DPMD, Unigoro, kepala pasar, pemerhati lingkungan, dan ketua World Cleanup Day (WCD) Bojonegoro. Semua menyatukan visi untuk menjadikan pasar tradisional lebih dari sekadar tempat jual beli melainkan ruang publik yang bersih, sehat, dan manusiawi.
GERNAS MAPAN bukan gerakan musiman. Ini adalah revolusi budaya bersih yang dibangun dari gotong royong. Di Bojonegoro, mimpi pasar sehat bukan lagi angan, tapi sudah mulai jadi kenyataan.
Dengan kepemimpinan tegas, kolaborasi semua pihak, dan semangat perubahan, pasar-pasar tradisional di Bojonegoro siap naik kelas. Bojonegoro tak mau Cuma jualan slogan. Mereka sudah mulai bekerja. (ivan)