Mengembalikan Tradisi Literasi Pesantren

pendidikan | 20 Mei 2025 08:30

Mengembalikan Tradisi Literasi Pesantren
dok infoimages

SURABAYA, PustakaJC.co - Tradisi literasi sebenarnya bukan hal baru bagi dunia pesantren. Sejak berdirinya telah memiliki tradisi literasi, karena dunia pesantren sangat kental dengan budaya membaca dan menulis. Semangat literasi ini erat kaitannya dengan wahyu pertama yang diturunkan berkaitan dengan perintah untuk membaca. (Q.S. al-Alaq [96]: 1-3).

Membaca untuk mengenal Tuhan Yang Menciptakan dan Yang Maha Mulia. Membaca dalam arti luas, melihat dan memahami ayat-ayat qauliyah yang berasal dari wahyu dan ayat-ayat kauniyyah yang nampak di alam semesta. Sehingga, dengan membaca bertambah ilmu bagi sang pembaca, dan dengan ilmu meningkat keimanan.

Semangat membaca selalu diikuti semangat menulis. Ketika Nabi menerima wahyu, para sahabat semangat mencatat wahyu yang turun. Mereka mencatat dengan berbagai media, ada yang menulis di atas kulit dan tulang binatang, kayu, dan di atas batu. Pun membaca, memahami dan menghafal ayat-ayat Alquran melalui bimbingan Nabi SAW.

Setelah Nabi SAW wafat, memunculkan ijtihad para sahabat mengkodifikasikan Alquran. Ayat Alquran yang ditulis oleh sahabat dikumpulkan dalam satu kitab. Usaha ini dimulai pada masa khalifah Abu Bakar dan selesai di masa Utsman bin Affan. Pun dengan hadis Nabi SAW yang dicatat dan dikumpulkan dari para sahabat.