"Rasa" adalah elemen yang menjadikan seni sebagai cerminan jiwa manusia, bukan sekadar hasil perhitungan algoritma.
AI kini mampu menciptakan karya seni dengan meniru pola, gaya, dan ritme khas manusia. Dengan menganalisis jutaan karya baik lukisan, musik, maupun tulisan AI dapat mengenali struktur, warna, harmoni, dan ritme untuk menghasilkan sesuatu yang tampak orisinal.
Teknologi seperti Adobe Firefly bahkan memungkinkan siapa pun membuat konten visual hanya dari teks deskriptif, menunjukkan betapa canggihnya kemampuan AI dalam mengolah data seni secara cepat dan presisi.
Namun, meskipun AI dapat meniru bentuk luar sebuah karya, ia tidak memiliki niat, konteks emosional, atau pengalaman pribadi seperti manusia. Jiwa dalam seni bukan sekadar teknik, melainkan hubungan emosional antara seniman dan karyanya sesuatu yang belum bisa digantikan oleh algoritma. Maka, AI bisa jadi alat bantu kreatif, tetapi belum mampu sepenuhnya menjadi pencipta sejati.
AI memang mampu meniru gaya dan pola karya seni manusia dengan menganalisis Ia bisa mempelajari teknik melukis ala Van Gogh atau Monet menulis puisi seirama Chairil Anwar, Membuat Image dengan gaya Ghibli atau menciptakan musik harmonis yang megah.