Ke depan, perkembangan AI memang akan memperluas akses dan partisipasi dalam seni, tetapi perlu diwaspadai agar seni tidak kehilangan nilai humanistiknya. Pertanyaan yang tetap harus kita renungkan: apakah kolaborasi ini akan memperkaya ekspresi manusia, atau justru menjadikan seni semakin terkomodifikasi dan kehilangan ‘rasa’ yang membuatnya bermakna?
Skeptisisme ini penting agar kita tidak lupa bahwa inti seni adalah refleksi jiwa manusia, bukan sekadar hasil kalkulasi teknologi.
Singkatnya, AI memang membuka peluang baru dalam dunia seni, tapi rasa, makna, dan jiwa dari sebuah karya tetap berasal dari pengalaman manusia. Kecanggihan teknologi belum tentu bisa menggantikan sentuhan emosional yang membuat seni begitu hidup dan menyentuh. (int)