JAKARTA, PustakaJC.co – Program Sekolah Rakyat (SR) yang digulirkan pemerintah menuai perhatian akademisi. Meski punya semangat keberpihakan pada masyarakat kecil, Sekolah Rakyat dinilai berpotensi menimbulkan stigma sebagai lembaga pendidikan kelas dua bila tidak dikelola dengan visi yang kuat.
“Jika hanya menampung siswa dari keluarga tidak mampu, SR bisa dipersepsikan sebagai sekolah alternatif karena tak mampu masuk ke sekolah umum. Ini rawan melahirkan label negatif,” kata Danang Sigit W, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Salatiga, dilansir dari nu.or.id, Senin, (4/8/2025).
Ia mengingatkan agar SR tidak sekadar menjadi program karitatif, tetapi harus hadir dengan nilai kuat, mutu unggul, dan identitas yang membanggakan. Salah satu kuncinya, kata Danang, adalah brand sekolah yang menekankan pada kualitas, bukan belas kasihan.
“Kalau SR mampu menunjukkan mutu, inovasi, dan nilai karakter yang kuat, masyarakat akan menilai berdasarkan kualitas, bukan latar belakang siswanya,” tegasnya.