SURABAYA, PustakaJC.co - Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota wali songo yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Ketika berdakwah, para wali ini berhasil mengintegrasikan unsur-unsur budaya untuk menyentuh dan menarik hati masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Said ini berdakwah di wilayah Demak, Jawa Tengah. Banyak jasa dan peninggalan Sunan Kalijaga yang masih terjaga hingga saat ini, seperti Masjid Agung Demak, Masjid Kedondong, upacara adat Grebeg Maulud, dan sebagainya.
Biografi Sunan Kalijaga
Menukil buku Kisah Teladan Walisongo karya M. Faizi, Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1450 Masehi. Ayah Sunan Kalijaga bernama Raden Sahur Tumenggung Wilatikta dan ibunya bernama Dewi Nawang Rum.
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Beberapa nama panggilan Sunan Kalijaga di antaranya Brandal Lokajaya, Syaikh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.
Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Yusak Burhanudin dan Ahmad Fida, Sunan Kalijaga lahir dari keluarga bangsawan asli Istana Tumenggung Wilatikta di Tuban. Sunan Kalijaga dididik dalam bidang pemerintahan, kemiliteran, kesenian, dan arsitektur.
Nama Kalijaga sendiri lahir dari rangkaian bahasa Arab yaitu qadizaka. Qadi berarti pelaksana atau pemimpin sedangkan zaka berarti membersihkan. Dengan kata lain, qadizaka berarti pelaksana atau pemimpin yang menegakkan kebersihan dan kebenaran agama Islam.
Tahun wafatnya Sunan Kalijaga belum dapat dipastikan, tetapi umurnya diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu dekat Kota Demak.
Dakwah Sunan Kalijaga dengan Media Wayang
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang penuh dengan ide-ide kreatif dalam berdakwah, salah satunya dengan media wayang kulit. Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam.
Pada masa itu, ketika hendak mengadakan pentas atau pagelaran wayang, Sunan Kalijaga memberi wejangan atau nasihat keislaman kepada para penonton. Berikutnya, mereka diajak mengucap dua kalimat syahadat. Dengan demikian, mereka telah menyatakan diri masuk Islam sembari lambat laun belajar mengenai ibadah-ibadah Islam.
Sunan Kalijaga pun dapat memikat hati masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah hingga Islam cepat menyebar. Sunan Kalijaga berhasil melakukan dakwah tanpa tekanan dan paksaan.
Selain pewayangan, Sunan Kalijaga juga banyak menciptakan kesenian lain seperti perangkat gamelan dan tembang-tembang dengan suluk serta notasi nada yang khas. Semua hasil kesenian tersebut merupakan kreasi kebudayaan yang berisi ajaran Islam.
Jasa Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga berjasa dalam sejumlah bidang semasa berdakwah. Mengacu sumber sebelumnya, berikut jasa Sunan Kalijaga di bidang kesenian dan budaya.
Bidang Kesenian dan Budaya
Kesenian yang diciptakan Sunan Kalijaga digunakan sebagai media berdakwah. Kesenian tersebut di antaranya cerita wayang lengkap dengan perangkat gamelan serta tembang dan suluk. Beberapa tembang ciptaan Sunan Kalijaga yang terkenal yaitu Lir-Ilir, Gundul-gundul Pacul, dan Dhandhanggula. Selain itu, Sunan Kalijaga juga berjasa dalam menciptakan upacara adat seperti Grebeg Maulud.
Bidang Arsitektur
Sunan Kalijaga juga memiliki keahlian di bidang arsitektur. Ia berjasa dalam menata tata ruang Kota Demak dan mendirikan Masjid Agung Demak. Salah satu karyanya di Masjid Agung Demak yang sangat terkenal yaitu saka tatal, atau tiang kukuh dalam Masjid Agung Demak yang terbuat dari potongan-potongan kayu jati. (int)