IBARAKI, JEPANG, PustakaJC.co - Siapa sangka, seorang warga Indonesia di Jepang berhasil menjadi petani sukses dengan memanfaatkan teknologi modern dan dukungan penuh dari pemerintah. Yuanas, atau yang akrab disapa Cak Anas, kini mengelola 35 hektar lahan di Prefektur Ibaraki setelah tujuh tahun menggeluti sektor pertanian.
"Jika ada 10 petani yang berhenti menggarap lahan, maka akan ada 10 lahan yang terbengkalai. Saya ingin menjadi orang ke-11 yang menggarap lahan tersebut agar bermanfaat," ujar Yuanas. Dilansir dari nu.or.id Jumat, (28/3/2025).
Awalnya, Cak Anas hanya mengelola lahan seluas 0,5 hektar. Namun, berkat ketekunan dan penerapan teknologi pertanian modern, ia berhasil memperluas lahannya hingga 35 hektar. Ia menanam berbagai komoditas utama seperti padi dan ubi jalar.
Sebelum menjadi petani, Cak Anas sempat bekerja di perusahaan alat pertanian mekanik di Jepang. Dari situ, ia mempelajari berbagai teknologi modern yang mempermudah pekerjaan di sektor pertanian. Ia juga mendengar keluhan dari petani lanjut usia yang khawatir lahan mereka tidak lagi digarap ketika mereka pensiun.
"Saya dan istri menggunakan mesin pertanian untuk mempercepat proses produksi. Bahkan, anak saya yang masih kelas 4 SD sudah bisa mengoperasikan alat-alat pertanian ini karena teknologinya sangat mudah digunakan," jelasnya.
Keberhasilan Cak Anas tak lepas dari kebijakan pemerintah Jepang yang memberikan berbagai fasilitas dan subsidi kepada petani. Salah satunya melalui koperasi Japan Agriculture (JA) yang menetapkan harga beli hasil panen untuk melindungi petani dari permainan harga tengkulak.
"Misalnya harga beras ditetapkan 5 ribu yen, maka tengkulak wajib membeli dengan harga lebih tinggi dari itu. Ini membuat petani tidak dirugikan, dan tengkulak pun mendapat keuntungan yang wajar," ungkap pria asal Lumajang ini.
Tak hanya perlindungan harga, pemerintah Jepang juga memberikan subsidi langsung kepada petani untuk kebutuhan produksi. Mulai dari pembangunan gudang penyimpanan, pembelian mesin pertanian, hingga pupuk, semua bisa disubsidi hingga 25%.
"Sistemnya mudah. Misalnya saya beli pupuk seharga 5 ribu yen di JA, saya bayar penuh di awal. Selanjutnya, pemerintah mentransfer subsidi langsung ke rekening pribadi tanpa perantara," jelasnya.
Menariknya, generasi muda yang ingin terjun di dunia pertanian di Jepang juga mendapat dukungan besar. Pemerintah memberikan subsidi hingga 1,5 juta yen (sekitar 150 juta rupiah) selama dua tahun sebagai insentif bagi petani pemula.
Menurut Cak Anas, kunci kesuksesan di sektor pertanian bukan hanya pada luas lahan yang dikelola, melainkan juga komitmen menjaga kualitas produk dan membangun kepercayaan konsumen.
"Saya berharap dukungan pemerintah dan kemajuan teknologi ini bisa menarik minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian, sehingga kebutuhan pangan di masa depan tetap terjamin," pungkasnya. (ivan)