Dharto Wahab

Wartawan, Aktivis, Advokat, dan Pejuang Literasi NU

tokoh | 08 April 2025 10:13

Wartawan, Aktivis, Advokat, dan Pejuang Literasi NU
H.M. Dharto Wahab (dok istimewa nu.or.id)

JAKARTA, PustakaJC.co - Nama H.M. Dharto Wahab barangkali tak banyak disebut dalam buku sejarah, tapi jejaknya tertulis rapi di lembaran-lembaran pers Nahdlatul Ulama (NU). Sejak 1958, ia aktif sebagai wartawan harian Duta Masjarakat, surat kabar milik NU, dan turut membentuk narasi kebangsaan dari perspektif santri dan kaum pergerakan.

 

Sebagai wartawan, Dharto tak hanya menulis berita. Ia juga menulis cerita bersambung seperti Pemberontakan di Kerajaan Demak dan Tombak Kjahi Pandjang yang menjadi favorit pembaca pada 1960-an. Ia dikenal lihai meramu fakta dan fiksi dalam tulisan yang sarat makna. Dikutip dari nu.or.id Selasa, (8/4/2025).

 

Namun kiprahnya tak berhenti di meja redaksi. Lahir di Magelang, 5 Oktober 1934, dari keluarga pendiri NU setempat, Dharto aktif di IPNU, PMII, hingga Lesbumi. Ia juga sempat bergabung di HMI sebelum NU memiliki organisasi kemahasiswaan sendiri. Di ranah hukum, ia menyandang gelar Sarjana Hukum dari Universitas Islam Jakarta (1970) dan aktif sebagai advokat.

Sebagai pegiat hukum, ia pernah menjabat Wakil Ketua LBH PWI Jaya dan aktif mengkritisi potensi pelanggaran UU Pers, termasuk dalam kolom gosip atau "sas-sus". Dalam tulisannya di Pers Indonesia edisi April 1982.

 

Dharto menulis, “Tulisan seperti ‘di rumah artis A boleh melakukan ciuman, setiap orang yang datang dilayani’ dapat kena sanksi hukum, walau hanya dimuat di kolom sas-sus.”

 

wartawan harian Duta Masjarakat itu juga dikenal sebagai suami dari penyanyi kasidah legendaris, Rofiqoh Dharto Wahab. Pernikahan mereka pada 1965 bahkan dimuat di halaman depan Duta Masjarakat.

 

Rofiqoh dikenal sebagai “Umi Kultsum-nya Indonesia” dengan suara emas yang merekam syair-syair religi dalam pita kaset, menjadikannya ikon musik Islami pada masanya.

 

Dharto Wahab wafat pada 1997 setelah mengalami stroke. Ia meninggalkan warisan pemikiran, keteladanan, dan karya-karya jurnalistik yang kini menjadi referensi penting sejarah pers NU dan dunia advokasi. (Ivan)