Setelah pulang, KH Abi Sudjak mendapat restu dari PBNU untuk menggelorakan dakwah Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah. Ia menggerakkan dakwah di pesisir dan pedalaman Sumenep, membaur dengan budaya lokal seperti Petik Laut dan Nyadar, hingga kegiatan shalawat dan Sarwah di Kebonagung.
Nama KH Abi Sudjak juga harum di bidang literasi. Ia menulis kitab Sirajul Bayan li Nawaziliz Zaman, membahas akidah, syariat, dan muamalah dengan metode tanya-jawab berbasis dalil naqli dan aqli. Kitab ini dicetak NU Surabaya pada 1187 H dan hingga kini diajarkan di Pesantren Asta Tinggi oleh KH Hafidzi Syarbini.
Di bidang perjuangan, KH Abi Sudjak terlibat aktif dalam Laskar Sabillah. Pesantrennya menjadi markas pejuang kemerdekaan, tempat santri dilatih ilmu bela diri dan ketahanan diri. Ia juga dikenal mengijazahi laskar agar kebal senjata.