Murtadji Bisri

Buruh NU yang Vokal di Parlemen dan Terlupakan dalam Sejarah

tokoh | 06 Juni 2025 10:04

Buruh NU yang Vokal di Parlemen dan Terlupakan dalam Sejarah
Murtadji Bisri Ketua Partai NU Wilayah Jawa Timur dan juga Ketua Pertama serta Pendiri Sarbumusi. (dok nuonline)

SURABAYA, PustakaJC.co - H. Murtadji Bisri bukan hanya tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur, tapi juga dikenal sebagai pejuang buruh yang vokal di parlemen. Ia merupakan pendiri dan ketua pertama Sarekat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi), organisasi buruh berbasis NU yang lahir menjelang Pemilu 1955.

 

Lahir di Jetis, Ponorogo pada 15 Agustus 1918, Murtadji mengawali karier sebagai guru dan pengawas bahan makanan di Malang. Ia juga pernah menjabat Sekretaris Kantor Urusan Agama Provinsi Jatim dan meraih gelar Mayor Tituler pada masa revolusi. Dilansir dari nu.or.id, Jumat, (6/6/2025).

 

Murtadji aktif di NU sebagai Ketua Partai NU Jawa Timur, anggota Tanfidziyah PBNU, serta anggota DPR RI dari NU sejak 1955 hingga 1966. Ia dikenal vokal menyuarakan nasib buruh, termasuk saat membahas nasionalisasi perusahaan Belanda pasca-Konflik Irian Barat. Dalam sidang DPR 1958, ia menuntut agar pemerintah tidak hanya mengambil alih perusahaan asing, tapi juga memperhatikan buruh yang terdampak.

Namun, namanya justru hilang dari deretan ketua umum Sarbumusi dalam catatan resmi organisasi tersebut. Beberapa sumber menyebut KH Thohir Bakri sebagai ketua pertama, meski tidak ditemukan dokumen resmi yang mendukung klaim tersebut. Justru dokumen Muktamar NU 1956 dan buku kenang-kenangan NU tahun 1959 menyebut Murtadji Bisri sebagai Ketua PB Sarbumusi.

 

“Ini seharusnya menjadi koreksi sejarah,” tulis Ajie Najmuddin, kolumnis NU Online. Kiprah Murtadji juga terlihat lewat penyelenggaraan Kursus Perburuhan Sarbumusi yang tak hanya membahas isu buruh, tapi juga agama, ideologi, hingga tata negara cerminan watak NU yang menyatu dengan perjuangan sosial.

 

Murtadji wafat pada 17 November 1977 di Surabaya. Meski jasanya besar, namanya nyaris terlupakan dalam sejarah gerakan buruh NU. (ivan)