SURABAYA, PustakaJC.co - Prof. Dr. KH Achmad Muchdlor, SH., lahir di Desa Kauman, Babat, Lamongan, pada 9 Agustus 1937. Ia merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara pasangan H. Muchdlor dan Hj. Nasiyah. Sejak usia sembilan tahun, ia sudah menempuh pendidikan agama di Madrasah At-Tahdzibiyah Babat. Perjalanan intelektualnya berlanjut di berbagai pesantren, mulai Sawahan Babat, Kendal Dander Bojonegoro, hingga Langitan Tuban.
Semangat juang dan kecintaannya pada ilmu diwarisi dari orang tuanya yang aktif mendirikan madrasah. Semboyannya yang terkenal, “Hum rijaalun nahnu rijaalun” (mereka lelaki kita juga lelaki), mencerminkan kegigihannya. Ia juga kerap mengingatkan, “Jangan takut mati karena belum makan dan minum, tapi takutlah mati karena tidak berjuang.” Dilansir dari nu.or.id, Minggu, (7/9/2025).
Hijrahnya ke Malang menjadi titik balik perjalanan intelektual. Di kota ini, ia berkenalan dengan Prof. Dr. Moch. Koesnoe dan mulai aktif di perguruan tinggi sejak 1961. Meski sempat ditolak dalam pengajuan disertasi di IAIN, ia tetap berjuang hingga meraih gelar Doktor dari Harvard International University pada 2000. Setahun kemudian, ia resmi menyandang gelar profesor dengan pidato ilmiah bertema Orientasi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan.
 
                     
                                 
                                 
                                 
                                