SURABAYA, PustakaJC.co - Sikap hormat dan rendah hati terhadap guru adalah adab agung para penuntut ilmu Islam. Salah satu teladan yang menggugah hati datang dari Imam Al-Ghazali (450–505 H), ulama besar yang rela menyapu lantai rumah gurunya dengan tangannya sendiri demi membuktikan ketulusan belajar.
Dalam Maraqil Ubudiyah ala Matan Bidayatil Hidayah karya Syekh Nawawi Al-Bantani (Semarang, Toha Putra, t.t., hlm. 85–86), dikisahkan bahwa Al-Ghazali awalnya merasa heran karena saudaranya, Ahmad, jarang mau menjadi makmumnya dalam shalat berjamaah. Setelah dinasihati sang ibu, Ahmad akhirnya ikut shalat, tetapi ia memisahkan diri (mufaraqah) di tengah ibadah. Dilansir dari kemenag.go.id, Sabtu, (18/10/2025).
Ketika ditanya alasannya, Ahmad menjawab, “Aku melihat tubuhmu dipenuhi darah.”
Ternyata, pada saat memimpin shalat, hati Al-Ghazali sedang memikirkan hukum darah haid mutahayyirah. Ahmad bisa “melihat” apa yang dipikirkan saudaranya.