Syekh Ahmad Al-Maraghi

Ulama Modernis Penggagas Tafsir Populer Era Kontemporer

tokoh | 02 Desember 2025 12:28

Ulama Modernis Penggagas Tafsir Populer Era Kontemporer
Ilustrasi cover kitab tafsir Al-Maraghi. (dok nuonline)

SURABAYA, PustakaJC.co - Syekh Ahmad Musthafa Al-Maraghi dikenal sebagai salah satu ulama modernis berpengaruh yang menghadirkan tafsir Al-Qur’an dengan bahasa ringan dan mudah dipahami masyarakat luas. Melalui karya monumentalnya, Tafsir Al-Maraghi, ia berupaya membuka akses pemahaman Al-Qur’an bagi publik tanpa membatasi pada kalangan akademisi. Gaya penulisan yang runtut, sistematis, dan komunikatif menjadikan karya ini populer hingga kini.

 

Syekh Ahmad Al-Maraghi, bernama lengkap Syekh Ahmad bin Musthafa bin Muhammad bin Abdul Mun’im al-Qadhi, lahir pada 1883 M/1300 H di desa Al-Mar?ghah, wilayah Girga, Mesir Hulu. Ia berasal dari keluarga terkemuka “Keluarga Al-Qadhi,” yang dikenal secara turun-temurun memegang jabatan hakim (qadhi). Tradisi keilmuan dan budaya membaca di lingkungan keluarganya menjadi fondasi penting bagi perkembangan intelektualnya. Dilansir dari nu.or.id, Selasa, (2/12/2025).

 

Pendidikan dasar ditempuhnya di madrasah desa hingga ia mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an sebelum usia 13 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar pada 1897 M, ia melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar dan Universitas Darul ‘Ulum di Kairo. Di kedua lembaga tersebut ia berguru kepada para tokoh besar seperti Syekh Muhammad Abduh, Syekh Muhammad Bukhait al-Muthi’, dan Ahmad Rifa’i al-Fayumi, yang sangat memengaruhi corak pemikirannya.

 

 

 

Karier akademiknya berkembang pesat. Ia mengajar di berbagai madrasah pemerintah hingga dipercaya memimpin Madrasah Mu’allimin di Fayum. Pada 1916, Al-Maraghi menjadi dosen tamu di fakultas filial al-Azhar di Khartoum, Sudan. Setahun kemudian, ia diangkat sebagai Guru Besar Syariat Islam dan Bahasa Arab di Gordon Memorial College—lembaga yang kelak berkembang menjadi University of Khartoum.

 

Pada 1921, ia kembali ke Mesir dan mengajar di Darul ‘Ulum sebagai Guru Besar Bahasa Arab dan Syariat Islam. Ia juga mengampu mata kuliah Balaghah di Fakultas Bahasa Arab al-Azhar. Dari tangan dinginnya lahir banyak ulama dan cendekiawan yang kelak berperan penting di dunia keilmuan.

 

Selain kiprah pendidikan, pemikiran Al-Maraghi tentang akal juga menarik perhatian. Ia menilai akal sebagai salah satu bentuk hidayah Allah kepada manusia. Menurutnya, akal mampu mengenali keberadaan Tuhan dan kehidupan akhirat, tetapi memiliki keterbatasan dalam menentukan kewajiban manusia terhadap Allah serta hakikat kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, manusia tetap membutuhkan petunjuk agama. Pemikiran ini banyak ia jelaskan dalam Tafsir Al-Maraghi.

 

 

Di samping tafsirnya yang terkenal, Al-Maraghi juga meninggalkan banyak karya lain di bidang balaghah, bahasa Arab, fikih, hingga risalah-risalah tematik seperti Ar-Rifq bil Hayawan fil IslamAl-Hisbah fil Islam, dan Ruyatul Hilal fi Ramadhan.

 

Syekh Ahmad Al-Maraghi wafat pada 9 Juli 1952 M/1371 H di Hilwan, selatan Kairo. Warisan intelektualnya, khususnya Tafsir Al-Maraghi, tetap menjadi rujukan penting dalam studi tafsir modern dan terus hidup di berbagai ruang pembelajaran keislaman. (ivan)