Selain terkait jumlah keluarga yang harus menempati, ada juga pantangan lain yang masih dipercaya oleh masyarakat Kampung Pitu hingga saat ini. Warga Kampung Pitu dilarang menyelenggarakan pertunjukan wayang, apalagi dengan lakon Raden Ongko Wijaya.
Semasa kecil, Redjo melihat sendiri salah satu warga digorok oleh 'pelaku misterius' ketika kepala desanya menggelar wayangan untuk memeringati ulang tahun.
"Kalau punya niat macam-macam, apalagi sampai melanggar pantangan, enggak akan pulang dengan selamat. Tubuhnya mungkin pulang, tapi nyawanya entah kemana," tandas Redjo lagi.
Kampung Pitu sendiri sebenarnya bukan benar-benar kampung, ia adalah bagian kecil dari desa. Rumah-rumah disana berdiri berjauhan, ini karena topografi tanah yang tidak rata dan juga batas kepemilikan tanah yang luas.