SURABAYA, PustakaJC.co - Wae Rebo, sebuah desa yang terletak di puncak perbukitan Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah diakui sebagai salah satu desa kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index dan juga diakui oleh UNESCO. Desa ini menduduki posisi kedua setelah Rothenburg ob der Tauber di Jerman.
Berlokasi di ketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut, desa wisata yang dijuluki "Desa di Atas Awan" ini memberikan pengalaman unik dan tak terlupakan bagi para petualang yang ingin menjelajahi keindahan alam serta budaya Wae Rebo.
Sebanding dengan perjalanan yang ditempuh untuk mencapai desa adat ini, para wisatawan akan disuguhi pemandangan desa yang luar biasa setelah mendaki selama 3 jam dari Desa Denge.
Rumah-rumah tradisional berbentuk kerucut yang tersebar di perbukitan, dikelilingi oleh rangkaian pegunungan dan hamparan hutan hijau, semakin menguatkan gelar "kota kecil tercantik di dunia" yang diberikan oleh The Spector Index kepada Wae Rebo.
Rumah-rumah di Wae Rebo, yang disebut Mbaru Niang, memiliki struktur khas dengan lima tingkat, masing-masing dirancang untuk berbagai keperluan, mulai dari tempat tinggal hingga penyimpanan makanan dan barang, serta sebagai tempat untuk melakukan persembahan kepada leluhur.
Desa ini juga terkenal dengan bangunan komunitasnya yang digunakan sebagai lokasi untuk upacara dan ritual yang melibatkan seluruh masyarakat.
Menurut laman journal.uhamka.ac.id, terdapat tujuh Mbaru Niang yang membentuk lingkaran di Desa Wae Rebo, yang melambangkan tujuh gunung yang tinggi menjulang. Ketujuh Mbaru Niang tersebut adalah Niang Gendang, Niang Pirung, Niang Ndorom, Niang Gena Jekong, Niang Jintam, Niang Mandor, dan Niang Maro, yang mengelilingi compang, sebuah tempat sakral untuk menghormati leluhur dan Tuhan.
Di desa ini, penerangan mengandalkan getset dan pencahayaan tradisional. Selain itu, rumah bagi masyarakat Wae Rebo melambangkan sosok ibu yang selalu melindungi dan mengayomi, sebagaimana rumah yang memberikan perlindungan bagi penghuninya.
Masyarakat Wae Rebo sangat menjaga hubungan yang erat dengan Tuhan, leluhur, alam, dan sesama. Mereka meyakini bahwa keterkaitan antara ketiganya dapat menciptakan harmonisasi yang berdampak positif bagi kehidupan mereka.
Hal ini tercermin dalam tradisi dan keramahan penduduknya yang dengan hangat menyambut pengunjung, memungkinkan mereka untuk merasakan kehidupan tradisional yang sederhana di desa tersebut. (nov)