Salah satu rumah yang paling dikenang adalah rumah Nyonya Pa, seorang wanita tua yang ramah dan sering membagikan kue kepada anak-anak desa. Kini, rumah itu tak lagi berdiri, hanya tersisa perapian tanah yang tertutup ilalang.
Menurut sejarawan lokal, hilangnya komunitas Tionghoa dari desa-desa kecil seperti Pacinan bukan kasus tunggal. Banyak pedukuhan serupa di seluruh Indonesia yang mengalami nasib yang sama. Faktor ekonomi, modernisasi, dan perubahan zaman menjadi penyebab utama.
“Mereka pindah ke kota mencari kehidupan yang lebih baik. Sementara itu, sejarah mereka di desa perlahan terkikis oleh waktu,” ujar Dr. Suharto, peneliti budaya dari Universitas Airlangga.
Pacinan adalah bagian dari sejarah Indonesia yang perlu dikenang. Kepergian penghuninya meninggalkan jejak budaya yang semakin memudar. Kini, hanya kenangan yang tersisa, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghargai warisan sejarah di sekitar kita. (ivan)