Lompatan sejarah membawa kita ke abad ke-18, ketika Sunan Pakubuwono II menyerahkan sebagian wilayah Mataram, termasuk Banger, kepada VOC. Kolonial Belanda kemudian menunjuk Kyai Djojonegoro sebagai bupati pertama, memulai babak baru dalam pemerintahan lokal.
Nama Probolinggo sendiri baru melekat kemudian, diyakini sebagai penggabungan kata "prabu" dan "linggo", atau berasal dari bahasa lokal yang berarti "tempat yang tinggi dan terang".
Wali Kota dari Masa ke Masa
Sejak resmi menjadi kota administratif pada 1929, Probolinggo telah dipimpin oleh berbagai sosok pemimpin. Mereka datang dari beragam latar belakang, membawa gaya kepemimpinan masing-masing. Berikut beberapa nama yang tercatat dalam sejarah kepemimpinan Kota Probolinggo:
Ferdinand Edmond Meijer (1928–1937)
L. A. de Graaff (1937–1940)
L. Noe (1940–1942)
Raden Soedono (1943–1945)
Gatot (1950–1959)
Nurudin Madhar Iljas (1959–1961)
Soendaroe Prawiro Adiredjo (1961–1965)
Dan puluhan nama lainnya hingga era modern
Setiap pemimpin meninggalkan jejaknya masing-masing dari pembangunan infrastruktur, pendidikan, hingga penguatan budaya lokal. (nov)