Bumi Pesantren

Di Balik Senyum Jemaah, Dedikasi Tanpa Lelah Petugas Haji Indonesia di Bandara Madinah

Di Balik Senyum Jemaah, Dedikasi Tanpa Lelah Petugas Haji Indonesia di Bandara Madinah
Jemaah haji Indonesia tiba di Bandara AMAA Madinah. (dok kemenag.go.id)

MADINAH, PustakaJC.co - Suasana di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, tampak sibuk. Siang itu, panas menyengat tanpa angin sedikit pun. Sembilan bus yang mengangkut ratusan jemaah dari embarkasi Batam (BTH), asal Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, baru saja meninggalkan area parkir Terminal Internasional.

 

Di tengah suhu ekstrem Madinah yang mencapai lebih dari 40 derajat Celsius, para petugas haji Indonesia terus bekerja sepenuh hati menyambut jemaah yang datang. Makan pun harus di dalam mobil, tapi semangat mereka tak surut demi melayani tamu-tamu Allah. Dilansir dari kemenag.go.id, Jumat, (9/5/2025).

 

Tak berselang lama, jemaah dari embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) tiba di Terminal Fast Track. Sejumlah petugas haji Indonesia terlihat menuruni tangga dan bergegas menyambut kedatangan jemaah.

 

“Bapak-Ibu, seluruh barang mohon dinaikkan ke mesin X-ray, ya,” ucap seorang petugas sambil membantu mengangkat koper jemaah lansia.

Para petugas memandu jemaah satu per satu menuju bus yang sudah menunggu di luar terminal. Sesuai aturan otoritas bandara, seluruh proses pelayanan di pintu kedatangan harus berlangsung cepat, maksimal 30 menit, agar tidak terjadi penumpukan. Jemaah lansia dan risiko tinggi (risti) diberi perhatian khusus dipapah, dibantu kursi roda, bahkan digendong jika diperlukan.

 

Tahun ini, jemaah haji Indonesia mendarat di empat terminal utama Bandara Madinah: Terminal Fast Track, Terminal Internasional, Terminal Haji, dan Terminal Zero. Masing-masing terminal memiliki alur layanan berbeda. Di Terminal Haji, jemaah diarahkan berjalan satu baris menuju pavilion (disebut “keong”) sebelum naik ke bus sesuai alokasi kloter. Jarak dari keong ke bus sekitar 150 meter, dan tak jarang petugas harus menggendong jemaah lansia yang kelelahan.

 

Berbeda dengan itu, Terminal Zero yang berada di lantai dasar memiliki layanan paling ringkas. Bus penjemput sudah langsung menunggu tepat di depan pintu kedatangan, sehingga jemaah tak perlu berjalan jauh atau berpindah tempat.

Memasuki hari ketujuh kedatangan jemaah haji Indonesia, tercatat sudah 112 kloter dengan total 44.601 jemaah tiba di Tanah Suci. Pada hari Kamis itu saja, dijadwalkan 19 kloter tambahan dengan 7.501 jemaah yang akan mendarat di Madinah.

 

Di balik seluruh pelayanan itu, para petugas bekerja dalam kondisi cuaca ekstrem. Di luar ruangan, panas menyengat, sementara di dalam gedung, suhu dingin dari AC cukup menusuk. Di awal penugasan, beberapa petugas sempat mengalami flu ringan, namun seiring waktu tubuh mereka mulai menyesuaikan diri.

 

Petugas juga tidak bisa makan di sembarang tempat. Sesuai aturan otoritas bandara, makan siang dan malam hanya boleh dilakukan di dalam coaster mobil kecil berkapasitas 20 orang yang menjadi sarana mobilitas utama tim haji Indonesia. Minum air pun hanya diperbolehkan di area parkir.

“Situasinya memang tidak mudah, tapi teman-teman tetap semangat karena tahu mereka sedang melayani tamu Allah,” ujar Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara, Abdul Basir.

 

Sebanyak 28 petugas disebar di empat terminal tersebut, bekerja dalam sistem tiga shift: pagi (00.00–08.00), siang (08.00–16.00), dan malam (16.00–00.00). Mereka bertugas di bawah koordinasi Abdul Basir dan Sekretaris Ihsan Faisal.

 

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis Muhammad Hanafi, turut meninjau langsung pelayanan di bandara.

 “Saya menyaksikan sendiri bagaimana para petugas bekerja dengan sangat baik, melayani jemaah dengan ramah dan penuh ketulusan. Ini layanan prima yang patut diapresiasi,” kata Muchlis.

 

Di tengah segala keterbatasan dan tantangan, semangat para petugas tidak pernah padam. Senyum jemaah yang baru tiba menjadi penyemangat terbesar. Tak jarang, jemaah memanggil nama-nama yang tertera di seragam sebagai bentuk terima kasih yang tulus.

 

“Ini bukan hanya pekerjaan. Kami menyambut tamu Allah, dan itu adalah kehormatan yang tidak bisa diukur,” tutur salah satu petugas dengan suara lirih namun mantap. (ivan)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca Juga : Pengabdian Santri, Menjaga dan Merawat dengan Cinta
Bagikan :