SURABAYA, PustakaJC.co - Dalam pengajian rutin Kitab Syarh Al-Hikam yang digelar di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan pentingnya meningkatkan kualitas keimanan melalui pendekatan yang aktif, yaitu dengan dalil dan tafakkur.
“Iman karena keturunan biasanya buahnya tidak besar. Karena tidak menggunakan akal dan tidak tafakur. Hanya mengikuti Islam orang tuanya,” ujar Kiai Miftach dalam ceramah. Dilansir dari nu.or.id, Minggu, (11/5/2025).
Beliau mengibaratkan keimanan sebagai tanaman. Tanpa perawatan berupa pupuk dan siraman, tanaman tetap tumbuh, namun hasilnya tidak maksimal.
“Walaupun umpama tidak diberi itu, ya tumbuh. Tapi jangan harap hasilnya memuaskan,” tegas Rais Aam.
Kiai Miftach juga menyoroti semangat para muallaf yang berusaha memahami Islam secara mendalam. Menurutnya, karena menggunakan akal dan perenungan, iman mereka sering kali lebih kuat dan berkembang pesat.
“Mereka masuk Islam masih baru, tapi digunakan akalnya. Kokoh dan terus naik. Bahkan bisa melewati orang-orang yang Islamnya karena keturunan,” jelasnya.
Beliau pun memberi peringatan tentang risiko lemahnya keimanan yang hanya bersifat warisan, karena mudah tergoda oleh kepentingan duniawi.
“Kalau diserang sesuatu yang menggiurkan, seperti pembagian sembako, imannya bisa goyah. Orang yang Islamnya keturunan, kalau tidak diperkuat dengan tafakkur, gampang jebol,” ujar Pengasuh Pondok Miftahus Sunnah.
Melalui pengajian kitab tasawuf Al-Hikam, KH Miftachul Akhyar mengajak umat Islam untuk terus menghidupkan akal dan hati dalam beragama. Dalil dan tafakkur menurutnya adalah jalan menuju makrifat dan keimanan yang matang di tengah berbagai godaan zaman. (ivan)