KH Miftachul Akhyar Anjurkan Umat Tidak Melupakan Jasa Ulama Pendahulu

bumi pesantren | 17 Mei 2025 10:03

KH Miftachul Akhyar Anjurkan Umat Tidak Melupakan Jasa Ulama Pendahulu
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan pengajian kitab Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya. (dok nu online)

SURABAYA, PustakaJC.co - Dalam pengajian Kitab Syarh Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Jawa Timur, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menyampaikan nasihat mendalam mengenai pentingnya menghormati para ulama terdahulu. Ia menyoroti fenomena sebagian orang yang mulai menafikan jasa dan perjuangan ulama, bahkan dari kalangan tokoh. Jumat malam, (16/5/2025).

“Luhumul ulama masmumah, daging-daging ulama itu beracun. Apabila sampeyan menggunjing, mencela, apalagi merendahkan, menghinakan. Bukan sekadar orang awam, bahkan sekarang itu ada tokoh-tokoh yang menafikan kebaikan-kebaikan para pendahulu,” ujar Kiai Miftach, sebagaimana disiarkan melalui kanal YouTube KH Miftachul Akhyar Official.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam konteks pembahasan tentang bagaimana menakar kemuliaan diri seorang hamba di hadapan Allah. Menurut Kiai Miftach, hal itu dapat diukur dari sejauh mana kecintaan seseorang terhadap ilmu dan para ahlinya, yakni para ulama. Dilansir dari nu.or.id, Sabtu, (17/5/2025).

“Itu bagian daripada mengetahui di mana kemuliaan panjenengan, (yaitu) bukan pada ilmunya saja tetapi pada ahlinya, ulamanya juga,” terang KH Miftachul Akhyar.

Ia menegaskan, seseorang yang mudah mencela ulama dan tidak menghargai perjuangannya merupakan pertanda tidak memperoleh nur atau cahaya dari ilmu.

“Orang ngaji itu harus selalu bergandengan dengan nurun (cahaya). Tetapi kalau Cuma mau pintar saja (tanpa nur), tak usah mengaji. Buka Google itu. (Memang) pintar, tapi gak berkah,” tutur beliau yang akrab di sapa abuya itu.

Lebih jauh, Kiai Miftach menjelaskan bahwa kecintaan kepada ilmu dan ulama merupakan indikator penting kedudukan seseorang di mata Allah SWT.

“Barang siapa ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, ya dilihat dengan mata hati dan akal, karena Allah akan mendudukkan seseorang mulia tidaknya diukur dengan seberapa cinta terhadap hal-hal tadi,” pungkas pengasuh pondok Miftahus Sunnah.

Pengajian tersebut juga dihadiri ulama asal Jordania, Syekh Aun bin Muin Al-Qaddumi Al-Hasani beserta rombongan. Acara ini bertepatan dengan peringatan Haul ke-4 RKH Muhammad Badruddin bin KH Muddatstsir dan Nyai Majidatul Qurasyiyah binti KH Miftachul Akhyar.

Pesan Kiai Miftach menjadi pengingat penting bagi umat Islam untuk terus memelihara adab terhadap ilmu dan ulama, agar ilmu yang diperoleh membawa keberkahan serta diterangi oleh cahaya hidayah. (ivan)