Transformasi ini juga sesuai dengan amanat Perkum (Peraturan Perkumpulan) NU, yang mendorong sistem kepengurusan berbasis akuntabilitas dan transparansi.
Lebih jauh, Digdaya Kepengurusan juga mendukung konsolidasi kelembagaan, pengelolaan sumber daya, serta perencanaan agenda organisasi secara lebih terstruktur. Gus Yahya optimistis, sistem ini akan menciptakan rancang bangun kelembagaan NU yang kuat, matang, dan modern.
“Model pengelolaannya akan menjadi sangat matang, seperti pemerintahan yang terstruktur dan berorientasi pada pelayanan,” jelas Gus Yahya.
Melalui Digdaya Kepengurusan, NU memasuki babak baru dalam sejarah pengelolaan organisasi keagamaan: lebih transparan, efisien, dan berbasis data. Inovasi ini bukan hanya mendukung efektivitas kerja, tetapi juga menjadi cermin bahwa organisasi Islam terbesar di Indonesia ini siap menyongsong masa depan dengan pendekatan teknologi. (ivan)