Doa dari Tebuireng: Menag dan Kiai Tebuireng Kenang Gus Dur di Ithlaq Hari Santri 2025

bumi pesantren | 23 September 2025 12:20

 

Hari Santri 2025: Momentum Refleksi Nasional

Hari Santri diperingati setiap 22 Oktober sebagai bentuk penghormatan terhadap peran kaum santri dalam perjuangan kemerdekaan. Penetapan ini berakar dari peristiwa bersejarah “Resolusi Jihad” yang dikumandangkan KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.

 

Pada peringatan Hari Santri 2025 di Jombang, berbagai agenda digelar, mulai dari apel santri, doa bersama, hingga kegiatan Ithlaq Hari Santri. Kehadiran tokoh nasional seperti Menag Yaqut dan para kiai Tebuireng menegaskan makna bahwa santri tidak hanya penjaga agama, tetapi juga garda depan bangsa.

 

“Momentum Hari Santri selalu menjadi saat refleksi. Santri harus menjaga warisan para ulama, sekaligus berkontribusi nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Gus Kikin. 

 

Gus Dur dan Warisan Pluralisme

Bagi masyarakat Indonesia, Gus Dur tidak sekadar dikenang sebagai Presiden ke-4 RI. Ia adalah tokoh yang memperjuangkan hak-hak minoritas, memperkuat demokrasi, dan menegakkan nilai pluralisme.

 

Julukan Bapak Pluralisme disematkan karena sikapnya yang konsisten membela semua golongan tanpa memandang latar belakang agama, etnis, atau status sosial.

 

Bupati Jombang, H. Warsubi, yang turut serta dalam ziarah menilai bahwa teladan Gus Dur masih sangat relevan untuk kondisi Indonesia saat ini.

 

“Bangsa ini berhutang besar kepada Gus Dur. Nilai-nilai yang beliau ajarkan tentang toleransi, kebhinekaan, dan cinta tanah air harus terus diwariskan kepada generasi muda,” katanya.