Jejak Santri Warnai Lahirnya Sumpah Pemuda 1928

bumi pesantren | 29 Oktober 2025 18:18

Jejak Santri Warnai Lahirnya Sumpah Pemuda 1928
Fadhly Azhar (ASN Direktorat Pesantren Kementerian Agama). (dok kemenag)

JAKARTA, PustakaJC.co – Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tidak hanya menjadi tonggak politik kebangsaan, tetapi juga mencerminkan jejak spiritual kaum santri dalam membangun kesadaran keindonesiaan. Di balik semangat pemuda modern dari berbagai daerah, mengalir nilai-nilai pesantren yang menanamkan ukhuwah, musyawarah, dan tanggung jawab moral terhadap umat.

 

Dalam sejarah, perumusan Sumpah Pemuda kerap dikaitkan dengan nama-nama seperti Soegondo Djojopoespito, W.R. Supratman, dan Muhammad Yamin. Namun, ada arus lain yang ikut mengalir di balik peristiwa itu—yakni arus pemikiran santri yang tumbuh dari pesantren dan organisasi Islam. Dilansir dari kemenag.go.id, Rabu, (29/10/2025).

 

Salah satu bukti nyata ialah lahirnya Jong Islamieten Bond (JIB) pada 1925 di bawah bimbingan KH Agus Salim. Organisasi ini menjembatani kalangan santri dengan pemuda modern yang sedang mencari bentuk nasionalisme baru. Dalam Kongres Pemuda Kedua, delegasi JIB berperan aktif dan memberi warna keislaman dalam jalannya perdebatan.