SURABAYA, Pustaka.JC.co - Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menegaskan bahwa hakikat ibadah dalam pandangan tasawuf adalah bentuk cinta sejati kepada Allah SWT, bukan karena mengharap imbalan atau takut hukuman.
“Hakikat ibadah itu tidak ada kepentingan lain selain wujud cinta kepada Allah. Bukan karena takut neraka atau ingin surga,” ujar Kiai Miftach saat Ngaji Syarah Al-Hikam ke-143 di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jumat, (7/11/2025).
Ia menjelaskan, ibadah seperti shalat memang dapat memudahkan datangnya rezeki, namun manfaat itu hadir bila pelakunya tidak berharap imbalan duniawi. Pandangan ini berpijak pada Surat Thaha ayat 132 yang menghubungkan perintah shalat dengan jaminan rezeki. Dilansir dari nu.or.id, minggu, (9/11/2025).
“Dalam satu ayat, perintah shalat dihubungkan dengan rezeki. Itu pasti ada kandungan bahwa shalat yang benar akan mendatangkan rezeki,” jelasnya.
Kiai Miftach juga mengingatkan pentingnya melatih keikhlasan dan kekhusyukan.
“Kalau tidak dilatih, kita tidak akan terbiasa. Ayo kita coba ibadah yang tulus dan ikhlas,” ajaknya kepada jamaah.
Dalam Tafsir Tahlili, QS Thaha ayat 132 menjelaskan agar manusia tidak terobsesi pada urusan harta, sebab Allah-lah pemberi rezeki. Sementara itu, Imam Fakhruddin ar-Razi menegaskan agar manusia tetap berusaha secara lahir, tanpa meninggalkan kewajiban shalat. (ivan)