Tukang becak Pantura biasanya membawa serta keluarganya hidup di Jakarta. Keluarga inilah yang menyediakan makanan bagi kelompok tukang becak lain. Dari situ usaha membuka warung makan berkembang dan sanak famili mereka di kampung tertarik membantu dan mencari peruntungan di Jakarta.
"Jasa jual makanan rumahan ini berkembang mengikuti warung nasi yang ada sejak 1950-an di wilayah proyek (pada 50 sampai 60-an sedang gencar-gencarnya proyek mercusuar di Jakarta), harganya pun sama murahnya," tulis Zeffry Alkatiri dalam Pasar Gambir, Komik Cina, Es Shanghai: Sisi Melik Jakarta 1970-an (2010).
Tidak diketahui pasti siapa yang menjadi pengusaha warteg pertama di Indonesia. Karena pada awalnya usaha warteg dibuat lebih ke arah bertahan hidup dari ekonomi yang sulit dibandingkan mencari keuntungan.