Ahli Gizi Sebut Belalang dan Ulat Sagu Bisa Jadi Menu MBG Aman

kuliner | 07 April 2025 21:07

Ahli Gizi Sebut Belalang dan Ulat Sagu Bisa Jadi Menu MBG Aman
Penggunaan serangga seperti belalang dan ulat sagu dalam program Makan Bergizi Gratis, Sate ulat sagu (dok detik.com)

JAKARTA, PustakaJC.co - Penggunaan serangga seperti belalang dan ulat sagu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapat tanggapan dari kalangan ahli gizi. Menurut Fahmi Arif Tsani, Dosen Kesehatan Gizi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang sekaligus pengurus Lembaga Kesehatan PBNU, kedua jenis serangga itu memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga berpotensi menjadi alternatif sumber gizi bagi anak-anak.

 

“Kandungan proteinnya cukup tinggi, sekitar 15–20 gram per 100 gram. Itu bisa mencukupi hampir separuh kebutuhan protein harian,” ujar Fahmi Dilansir dari nu.or.id Senin, (7/4/2025).

 

Namun demikian, ia mengingatkan bahwa perlu ada perhatian serius terhadap proses pengolahan dan sumber bahan baku. Belalang dan ulat sagu yang hidup di alam liar berisiko mengandung pestisida dari lingkungan tempat mereka berkembang.

“Cara pengolahannya harus melalui pemanasan tinggi agar potensi cemaran pestisida bisa diminimalkan,” jelas Dosen Kesehatan Gizi Universitas Diponegoro itu.

 

Fahmi menambahkan bahwa sumber bahan makanan dari serangga juga harus ditelusuri keamanannya secara ketat. Karena belalang dan ulat sagu biasanya hidup di alam bebas, ada potensi mereka mengonsumsi tanaman yang sebelumnya telah disemprot pestisida oleh petani.

 

Selain aspek keamanan pangan, faktor penerimaan masyarakat juga harus diperhatikan. Tidak semua orang terbiasa dengan makanan berbahan dasar serangga. Bagi sebagian masyarakat, makanan tersebut bisa menimbulkan reaksi alergi atau dianggap tidak sesuai dengan selera dan budaya makan.

“Saya pribadi pernah mencoba belalang saat berkunjung ke Gunung Kidul, dan itu enak. Tapi tentu saja tidak semua orang siap dengan menu seperti itu. Jadi perlu ada edukasi dan pertimbangan budaya,” tambah Fahmi

Fahmi juga menyampaikan bahwa aspek kehalalan dan persepsi masyarakat sangat penting dalam konteks program nasional, terutama karena MBG menyasar anak-anak usia sekolah yang masih dalam tahap perkembangan kebiasaan makan.

 

Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan bahwa pihaknya tidak menetapkan standar menu tunggal untuk program MBG. Menu yang disajikan akan menyesuaikan dengan sumber daya lokal dan kebiasaan konsumsi masyarakat setempat.

“Kalau ada daerah yang terbiasa makan serangga, ya bisa saja itu dijadikan menu. Tapi kami menetapkan standar komposisi gizinya, bukan jenis makanannya,” ujar Dadan

 

Dengan kata lain, pemanfaatan serangga seperti belalang dan ulat sagu bukan menjadi keharusan secara nasional, tetapi opsi alternatif yang bisa diambil daerah-daerah tertentu sesuai potensi dan kebiasaan warganya.

 

Pemanfaatan serangga sebagai sumber protein dalam program MBG dapat menjadi alternatif yang tepat jika didukung oleh edukasi gizi, pengolahan yang aman, dan pengawasan mutu pangan. Namun, penerapannya harus dilakukan secara selektif dan menghormati keberagaman budaya pangan masyarakat Indonesia. (Ivan)