Surabaya, PustakaJC.co - Siomay dan batagor, dua jajanan kaki lima yang nyaris selalu nongkrong berdampingan di gerobak abang-abang, sering bikin orang terkecoh. Sama-sama berbahan ikan tenggiri, sama-sama disiram bumbu kacang, bahkan sering dibungkus barengan. Wajar saja kalau banyak yang mengira keduanya “satu paket” alias sama saja. Padahal, diam-diam keduanya punya perbedaan mencolok.
Siomay sebenarnya bukan asli Bandung. Hidangan ini datang jauh dari Mongolia Dalam, sebagai bagian dari dimsum Tiongkok bernama “Shao-Mai” yang berarti tepung terigu. Isinya biasanya cincangan daging atau udang, dibungkus adonan tipis, lalu dikukus hingga matang.
Di Indonesia, resepnya sedikit “dioprek” dengan mengganti isian menjadi ikan tenggiri atau ayam, bahkan tak jarang disajikan tanpa kulit pembungkus.
Berbeda cerita dengan batagor. Makanan ini lahir di Bandung dan namanya merupakan singkatan dari Bakso Tahu Goreng. Konon, kreasi ini bermula dari eksperimen seorang penjual bakso tahu yang menggoreng dagangannya yang tak laku. Siapa sangka, rasanya justru bikin nagih dan akhirnya jadi ikon kuliner kota kembang.