Ini Kesiapsiagaan BPBD Jatim Tangani Bencana Hidrometeorologi

pemerintahan | 07 Januari 2025 15:58

Ini Kesiapsiagaan BPBD Jatim Tangani Bencana Hidrometeorologi
Rakor kesiapsiagaan bencana BPBD Jatim (dok BPBD Jatim)

 

SURABAYA, PustakaJC.co - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur (Jatim) memastikan telah siap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang sebelumnya diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bakal terjadi hingga bulan Februari.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Gatot Soebroto, memastikan kesiapannya menghadapi potensi bencana hidrometeorologi akibat perubahan cuaca ekstrem di wilayahnya. Gatot mengaku telah melakukan berbagai langkah antisipatif, guna meminimalkan dampak yang mungkin terjadi.

"Bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang menjadi ancaman utama di musim penghujan. Oleh karena itu, kami telah menyiapkan langkah-langkah strategis, mulai dari pemetaan wilayah rawan bencana hingga pelatihan tim tanggap darurat," kata Gatot, Senin, 6 Januari 2025.

Gatot mengungkap salah satu strateginya adalah memetakan 23 kabupaten/kota di Jatim yang rawan bencana hidrometeorologi. Antara lain kabupaten seperti Pacitan, Ponorogo, dan Malang menjadi daerah prioritas, karena memiliki risiko tinggi terhadap tanah longsor. Sementara daerah rentan banjir, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik.

"Kami dalam enghadapi situasi ini telah menyiapkan posko siaga bencana di setiap daerah rawan, lengkap dengan peralatan seperti perahu karet, tenda darurat, dan logistik yang cukup. Selain itu, kami juga melibatkan masyarakat melalui pelatihan tanggap darurat dan simulasi bencana," ucapnya.

Menurutnya, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk TNI, Polri, relawan, dan komunitas lokal, menjadi kunci utama dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Pihaknya juga memperkuat sistem peringatan dini.

"Kami mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menyebabkan banjir dan memperkuat struktur rumah sebagai antisipasi angin kencang," tandasnya.

Senada dengan Gatot, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim, Satriyo Nurseno, mengatakan, pihaknya telah menyiapkan langkah pra dan pasca bencana, mulai dari pendirian posko darurat hingga distribusi logistik.

“Kami juga sudah men-stand by-kan semua. Baik dari sisi kesiapsiagaan dari sisi pra-bencananya, kedaulatan maupun pascabencananya. Saat ini kami sudah melaksanakan pendirian posko di masing-masing BPD kabupaten Kota dan sudah mendistribusikan semua peralatan teknologistik untuk penanganan daurat,” bebernya waktu mengudara di program Wawasan Suara Surabaya, Senin (5/1/2025) membahas soal “Antisipasi Cuaca Ekstrem”.

Diberitakan juga sebelumnya, BMKG Juanda mengimbau masyarakat Jawa Timur untuk meningkatkan kewaspadaan selama periode 2 hingga 10 Januari 2025, karena adanya cuaca ekstrem.

Cuaca ekstrem ini, disebut BMKG dapat mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti, hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, serta hujan es. Hal ini karena seluruh wilayah di Jawa Timur telah memasuki musim hujan. Sementara beberapa daerah lainnya sudah memasuki puncak musim penghujan.

Di sisi lain, BPBD Jatim juga turut berkolaborasi dengan BMKG untuk memantau dan menginformasikan potensi bencana melalui peringatan dini yang diteruskan ke seluruh wilayah kabupaten hingga ke tingkat kecamatan.

“Daerah seperti Surabaya dan Sidoarjo lebih rawan banjir dan angin kencang. Masalahnya, banyak saluran air yang tersumbat enceng gondok, sehingga pembersihan saluran menjadi perhatian utama,” tambah Satriyo.

Dalam situasi darurat, BPBD Jatim juga memastikan distribusi logistik dan peralatan bencana dapat berjalan dengan lancar, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau.

Satriyo menegaskan bahwa logistik sudah didorong ke kabupaten/kota untuk mempermudah akses masyarakat jika terjadi bencana. Selain itu, BPBD bersama Dinas Pekerjaan Umum juga sudah mempersiapkan pembangunan kembali infrastruktur yang rusak, seperti jembatan dan tanggul, yang diharapkan bisa segera berfungsi kembali dalam waktu dua minggu setelah bencana.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD itu juga memastikan telah menggiatkan sosialisasi serta simulai di kawasan yang rawan terjadi bencana hidrometeorologi. Baik melalui siaran maupun edukasi langsung di lapangan seperti di desa tangguh bencana. Karena menurutnya, yang paling penting sebetulnya justru kesadaran masyarakatnya.

“Kita masih berusaha untuk bisa meningkatkan kepedulian masyarakat terkait dengan kewaspadaan bencana ya, dan beberapa kegiatan ketika kita melaksanakan pembersihan-permbersihan sungai, kami selalu melibatkan masyarakat agar mereka juga sadar dan peduli sehingga tidak hanya tanggung jawab kita saja,” ungkapnya.

Satriyo memaparkan bahwa dalam sepekan terakhir, beberapa wilayah di Jawa Timur telah terdampak cuaca ekstrem. Banjir terjadi di Pasuruan dan Jember, sementara tanah longsor dilaporkan di Trenggalek, Pacitan, Tulungagung, dan Malang.

Menurutnya, beberapa wilayah selatan Jatim memang rawan longsor dan banjir bandang. Namun, selain akibat curah hujan tinggi, pola perilaku masyarakat yang masih kurang peduli dalam menjaga lingkungan juga mempengaruhi terjadinya bencana.

“Itu sudah tidak menjadi rahasia umum ya. Jadi pola perilaku dari masyarakat juga berpengaruh, ditambahi dengan intensitas hujan yang lebat. Jadi beberapa area di wilayah selatan, khususnya perbukitan dan gunung ini, banyak tanaman-tanaman yang sudah dipotong, banyak yang sudah gundul lah istilahnya,” ungkap Satriyo.

“Dan material-materialnya (potongan pohon) tidak segera dibersihkan yang itu terbawa arus saat ada hujan intensitas hujan deras. Itu yang menyebabkan area dibawahnya terkena banjir bandang, hingga banjir lumpur,” tambahnya.

Ia juga menyebutkan bahwa pelatihan dan simulasi kebencanaan akan terus digencarkan pada akhir Januari atau awal Februari 2025. Fokus utama adalah memastikan kesiapan masyarakat, organisasi non pemerintah (NGO), dan perusahaan-perusahaan dalam menghadapi potensi bencana.

Pada kesempatan itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim mengimbau masyarakat, khususnya yang berada di wilayah rawan bencana, untuk lebih waspada dan menyimpan nomor darurat.

“Mari bersama-sama kita tingkatkan kepedulian dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Kewaspadaan kita bisa menyelamatkan banyak jiwa dan meminimalisir dampak dari bencana yang mungkin terjadi,” pungkasnya. (int)