Namun, tidak semua haji otomatis mabrur. Banyak faktor yang menentukan diterimanya haji seseorang: mulai dari kehalalan bekal, kebersihan niat, hingga kesungguhan dalam melaksanakan rangkaian ibadah.
Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menyinggung fenomena haji dengan motivasi duniawi:
dalam akhir zaman, menurutnya, banyak yang berhaji hanya untuk rekreasi, bisnis, mencari belas kasih, atau popularitas. Motivasi duniawi inilah yang bisa menggugurkan kemabruran.