Pendidikan Agama Harus Membentuk Karakter Antikorupsi Sejak Dini

pemerintahan | 24 April 2025 21:42

Pendidikan Agama Harus Membentuk Karakter Antikorupsi Sejak Dini
Sambutan Nasaruddin Umar, saat acara Peluncuran Indeks Integritas Pendidikan 2024 di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi KPK, Jakarta. (dok kemenag.go.id)

JAKARTA, PustakaJC.co - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya pembaruan dalam pendidikan agama guna membentuk karakter antikorupsi sejak usia dini. Hal ini disampaikannya dalam acara Peluncuran Indeks Integritas Pendidikan 2024 di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi KPK, Jakarta, Kamis, (24/4/2025).

Kementerian Agama menyoroti urgensi pembenahan sistem pendidikan agama yang tidak hanya berfokus pada aspek hukum, tetapi juga pada pembinaan moral dan spiritual peserta didik. Menurut Menag, pendidikan agama perlu menyentuh ranah batin dan nilai-nilai kejujuran. Dilansir dari laman kemenag.go.id, Kamis, (24/4/2025).

“Pendidikan agama harus menekankan ketenangan jiwa dan keberkahan, bukan sekadar hukuman. Kurikulum kita harus menyentuh batin, bukan hanya akal,” tegas Menag.

Pernyataan ini merespons hasil survei KPK tahun 2024 yang menunjukkan masih maraknya perilaku koruptif di lingkungan pendidikan, termasuk praktik menyontek dan penyalahgunaan anggaran.

“Ini mencerminkan bahwa ada yang salah dalam sistem pendidikan kita,” ujar Nasaruddin Umar.

Ia menjelaskan bahwa sistem pendidikan ideal harus dibangun secara berlapis, mulai dari mitos (keyakinan/iman), logos (ilmu/penalaran), hingga etos (perilaku/kebiasaan). Menurutnya, pendekatan pendidikan selama ini sering kali langsung menuntut hasil etos tanpa membangun fondasi iman dan ilmu.

“Jangan langsung lompat ke etos tanpa membangun logos, dan apalagi kalau tidak didasari mitos. Ini yang hilang dalam pendidikan kita,” Nasaruddin.

Sebagai contoh, Menag menyebut pendekatan berbasis pengalaman langsung di beberapa negara seperti Amerika Serikat. Anak-anak diajak melihat langsung dampak negatif narkoba atau pelanggaran lalu lintas, sehingga nilai moral tertanam secara kuat.

“Pengalaman nyata lebih membekas dibandingkan satu semester teori,” katanya.

Di akhir sambutan, Menag juga mengingatkan pentingnya doa sebelum belajar.

“Seperti kita membaca doa sebelum makan, kita juga harus membaca doa sebelum belajar, karena ilmu adalah makanan rohani. Tanpa ini, kita hanya menyentuh akal, masuk telinga kanan keluar telinga kiri,” ujar Menteri Agama itu.

Menag berharap pendidikan agama di Indonesia dapat lebih menyentuh sisi spiritual dan membentuk karakter yang jujur, bertanggung jawab, serta menjunjung tinggi integritas, agar lahir generasi yang bebas dari korupsi. (Ivan)