Seribu Santri Kumpul di Wonosobo Ngaji Budaya Islam Nusantara

pemerintahan | 03 Mei 2025 14:00

Seribu Santri Kumpul di Wonosobo Ngaji Budaya Islam Nusantara
Direktur Penais Ahmad Zayadi, bersama seribu santri di lereng pegunungan Wonosobo. (dok kemenag.go.id)

WONOSOBO, PustakaJC.co - Ribuan santri berkumpul di lereng pegunungan Wonosobo bukan hanya untuk belajar kitab, tapi juga untuk merayakan kekayaan tradisi Islam Nusantara. Inilah wajah dakwah yang merangkul budaya, bukan menolaknya.

 

Sebanyak seribu santri dan santriwati dari berbagai daerah mengikuti kegiatan Ngaji Budaya dan Tradisi Islam Nusantara yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) di Pondok Pesantren Al Mubaarok Manggisan, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan ini menjadi bagian dari program tahunan Kemenag yang kini memasuki tahun ketiga, dan untuk pertama kalinya digelar langsung di lingkungan pesantren. Dilansir dari kemenag.go.id, Sabtu, (3/4/2025).

 

Kegiatan tersebut dihadiri oleh pejabat Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag Wonosobo, para budayawan, serta masyarakat sekitar.

Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menyebut bahwa keterlibatan ribuan santri dalam kegiatan ini mencerminkan pentingnya pesantren sebagai ruang tumbuhnya kesadaran budaya di tengah kehidupan beragama.

 

“Agama tanpa budaya menjadi kaku, sementara budaya tanpa agama akan kosong,” ujar Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag.

Ia menegaskan bahwa Islam di Indonesia memiliki sejarah panjang dalam berdialog dengan budaya lokal. Tradisi seperti maulidan, selamatan, dan hadrah merupakan bagian dari dakwah yang hidup di tengah masyarakat.

 

 “Kami ingin menguatkan peran pesantren sebagai penjaga warisan Islam Nusantara, sekaligus perekat sosial dalam masyarakat yang majemuk,” kata zayadi.

 

Zayadi juga menyoroti tiga misi utama Ngaji Budaya tahun ini:

 

1.     Menjadikan budaya sebagai alat dakwah yang merangkul semua kalangan.

 

 

2.     Menempatkan pesantren sebagai pusat penguatan tradisi Islam Nusantara.

 

 

3.     Menguatkan peran santri sebagai penjaga nilai-nilai luhur kebudayaan.

 

Pimpinan Pondok Pesantren Al Mubaarok, KH. Nur Hidayatulloh, mengatakan bahwa budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari cara hidup masyarakat.

 

 “Budaya itu al-tsaqafah, mencakup cara berpikir, bersikap, dan berinteraksi. Melalui kegiatan ini, para santri bisa lebih memahami posisi mereka dalam masyarakat secara lebih luas,” ungkapnya.

 

Sementara itu, Kepala Subdirektorat Seni Budaya dan Siaran Keagamaan Islam, Wida Sukmawati, menyampaikan bahwa kegiatan Ngaji Budaya ini bertujuan memperkuat dakwah yang adaptif terhadap zaman, sekaligus merawat nilai-nilai lokal.

 

 “Kami ingin membangun dakwah yang damai, ramah, dan kontekstual melalui warisan budaya Nusantara,” jelas Pimpinan Pondok Pesantren Al Mubaarok itu.

 

Seribu santri di Wonosobo tak hanya belajar kitab dan hukum Islam, tapi juga menyelami akar tradisi yang membentuk wajah Islam Nusantara. Lewat Ngaji Budaya, mereka menjadi agen kebudayaan yang siap berdakwah dengan kearifan lokal menguatkan Islam yang membumi, tidak membeku. (ivan)