Pasar Tradisional Kian Sepi UMKM Harus Bangkit Lewat Digitalisasi

pemerintahan | 13 Juni 2025 06:43

Pasar Tradisional Kian Sepi UMKM Harus Bangkit Lewat Digitalisasi
Suasana Pasar Turi Baru yang sepi. (dok jawapos)

SURABAYA, PustakaJC.co - Fenomena sepinya pasar tradisional kembali menjadi sorotan setelah keluhan pedagang Pasar Tambah Rejo viral di media sosial. Aktivitas tawar-menawar yang dulunya jadi nyawa pasar, kini makin jarang terdengar.

Pakar UMKM dan Kewirausahaan Universitas Airlangga (Unair), Tri Siwi Agustina, menjelaskan bahwa perubahan ini tak lepas dari pergeseran perilaku konsumen ke arah digital. Dilansir dari jawapos.com, Jumat, (13/6/2025).

“Dari bangun tidur hingga tidur lagi, kita tidak lepas dari teknologi. Termasuk saat belanja, konsumen kini lebih memilih cara praktis lewat online,” ujar Pakar UMKM dan Kewirausahaan Universitas Airlangga, Tri Siwi Agustina, Rabu, (11/6/2025).

Ia menyebut sebelum adanya platform online, masyarakat harus menunggu toko buka untuk bisa berbelanja. Namun kini, kemudahan belanja di marketplace yang buka 24 jam menjadi pilihan utama.

“Kita tidak bisa menyalahkan konsumen. Ini soal efisiensi. Justru ini jadi peluang besar bagi UMKM yang mau belajar dan berkembang,” imbuhnya.

Namun realitanya, tidak semua pelaku usaha di Surabaya siap. Banyak yang masih enggan memanfaatkan teknologi, terutama pelaku usaha berusia lanjut.

“Ada pelaku UMKM yang saya dampingi. Ia hanya posting foto produk di status WhatsApp. Itu sudah bagus, yang penting mau mulai dulu. Adaptasi tidak harus muluk-muluk,” ungkap Siwi.

Siwi juga menyoroti bahwa modal di era digital tak melulu soal bangunan atau lapak fisik. Justru perangkat sederhana dan koneksi internet menjadi kunci.

“Yang penting punya HP, kuota, dan kemauan. Platform digital bisa jadi etalase yang menjangkau pasar lebih luas,” jelasnya.

Tantangannya kini adalah bagaimana produk UMKM bisa tetap menarik meski tidak bisa disentuh langsung. Maka, deskripsi produk, kualitas visual, dan ulasan pelanggan harus dibuat meyakinkan.

“Produk harus bisa hadir secara digital. Lewat foto yang bagus, tulisan deskriptif, dan testimoni yang nyata,” tambah Pakar UMKM dan Kewirausahaan itu.

Sepinya pasar tradisional bukan akhir dari UMKM, tapi pertanda zaman tengah berubah. Kini waktunya pedagang bangkit, bukan dengan cara lama, melainkan dengan strategi baru. Karena di era serba digital ini, yang bertahan bukan yang paling kuat, tapi yang paling siap beradaptasi. (ivan)