
Setelah dinyatakan lolos, siswa mengikuti boarding school dengan kurikulum berbasis karakter, bukan hanya akademik. Masa pengenalan siswa berlangsung tiga bulan penuh untuk melatih kedisiplinan, kerja sama, dan mindset produktif. Gedung SR juga dirancang khusus dengan minimal dua ronde dan ruang-ruang penunjang seperti laboratorium, perpustakaan, dapur, dan ruang guru.
Model pendidikannya terdiri dari SRMP (Sekolah Rakyat Menengah Pertama) seperti SRMP 32 di Malang, dan SRT (Sekolah Rakyat Terintegrasi) yang menggabungkan dua jenjang seperti SD–SMP atau SMP–SMA. Total siswa saat ini mencapai 1.925 orang.
Tujuan utama program ini bukan mencetak juara akademik, tetapi membentuk karakter anak miskin agar bangkit dari kemiskinan struktural. Bahkan pendekatan seperti tes DNA dan talenta digunakan untuk memetakan potensi siswa, dibantu negara untuk kuliah atau bekerja sesuai minatnya.
“Ini bukan soal menyaingi pesantren atau sekolah formal lainnya. Tapi bagaimana membangun karakter dan mindset wong cilik agar tidak mewariskan kemiskinan,” tukas Ketua DP KORPRI Dinsos Jatim ini. (ivan)