Gus Tamim juga menyoroti mahal dan rumitnya perizinan bangunan seperti IMB. Ia berharap pesantren tua mendapat afirmasi prosedural.
“IMB yang mahal dan rumit itu perlu dibenahi. Pesantren seperti Al Khoziny layak mendapat kemudahan,” ujarnya.
Menanggapi anggapan bahwa bantuan negara bisa jadi “kesempatan” bagi pihak lain, Gus Tamim menegaskan pesantren tidak ingin memanfaatkan situasi.
“Pesantren tidak ingin kesempatan. Kalau negara hadir, itu bentuk sinergi positif antara pesantren dan negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” pungkasnya. (ivan)