SURABAYA, PustakaJC.co — Tokoh nasional Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud MD mengajak masyarakat Jawa Timur menjaga persatuan dan menegakkan nilai kejujuran dalam kehidupan berbangsa. Seruan itu disampaikannya dalam orasi ilmiah pada rapat paripurna DPRD Jawa Timur memperingati Hari Jadi ke-80 Provinsi Jatim di Gedung DPRD, Minggu, (12/10/2025).
“Ulang tahun itu hakikatnya kontemplasi dan refleksi. Bagaimana kita tumbuh bersama Indonesia dan mempertahankan negeri ini dari Jawa Timur,” ujar Mahfud, dikutip dari bhirawaonline.co.id, Selasa, (14/10/2025).
Dalam pidatonya, mantan Menkopolhukam itu menegaskan peran penting Jawa Timur sebagai episentrum perjuangan mempertahankan kemerdekaan pasca-Perang Dunia II. Ia menilai semangat jihad rakyat Jatim kala itu menjadi titik balik lahirnya peristiwa heroik 10 November dan pengakuan dunia atas kedaulatan Indonesia.
“Ketika pemerintah pusat terdesak, rakyat Jawa Timur bangkit melakukan jihad fi sabilillah. Dari sinilah lahir 10 November yang mengguncang dunia,” tegasnya.
Mahfud menyebut Jawa Timur sebagai miniatur Indonesia karena keberagaman suku, agama, dan budaya yang dimilikinya. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga semangat gotong royong dan ke-Indonesiaan di tengah arus perpecahan sosial.
“Jawa Timur ini lengkap, ada berbagai suku dan agama. Karena itu, mari kita jaga ke-Indonesiaan kita ini,” ujarnya.
Ia juga menyoroti kondisi ruang publik digital yang kini dipenuhi ujaran kebencian dan sikap saling hujat. Menurutnya, masyarakat perlu kembali ke adab dan nilai moral bangsa.
“Budaya media sosial kita sudah nir-akhlak. Padahal yang kita butuhkan bukan adu marah, tapi saling menghormati,” kata Mahfud.
Dalam kesempatan itu, Mahfud menegaskan bahwa pembangunan bangsa harus dilihat sebagai proses estafet antar-pemimpin, bukan ajang saling menjatuhkan.
“Dari Soekarno sampai Jokowi, semua punya kontribusi. Ini yang harus disyukuri, jangan marah-marah melulu,” ujarnya.
Ia pun menegaskan bahwa kekuatan moral Jawa Timur bersumber dari nilai kepesantrenan: kejujuran, kesederhanaan, dan anti-tamak.
“Kalau tidak jujur, hancur. Banyak yang gagal karena tidak jujur,” tuturnya.
Mahfud menutup orasinya dengan menegaskan tiga prinsip demokrasi yang harus dijaga: kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.
“Antara yang dikatakan dan dilakukan harus sama. Dari situ lahir demokrasi yang sehat,” pungkas Tokoh nasional itu. (ivan)