“Teologi ini harus bisa melahirkan logos yang hebat, lalu menjadi habit yang istimewa. Kalau ini terwujud, warna-warna perbedaan tidak akan tampak norak. Kita disatukan oleh satu ikatan primordial: cinta,” pungkas Nasaruddin.
Dengan KBC, pendidikan agama di Indonesia diarahkan bukan hanya untuk mencerdaskan, tapi juga memanusiakan. Generasi masa depan bukan hanya akan pintar, tetapi juga peduli, inklusif, dan mampu hidup berdampingan dalam harmoni. (ivan)