Kemenag Luncurkan Kurikulum Cinta, Bekal Anak Indonesia Jadi Toleran Sejak Dini

pendidikan | 25 Juli 2025 05:43

Kemenag Luncurkan Kurikulum Cinta, Bekal Anak Indonesia Jadi Toleran Sejak Dini
Menteri Agama secara simbolis menyerahkan buku panduan kurikulum cinta kepada beberapa guru. (dok kemenag)

MAKASSAR, PustakaJC.co  – Sebuah terobosan lahir dari Kementerian Agama (Kemenag) RI. Melalui peluncuran Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), Kemenag ingin menggeser orientasi pendidikan keagamaan dari sekadar transfer ilmu menjadi ruang pembentukan karakter cinta, toleransi, dan tanggung jawab ekologis.

“Kita bermaksud menciptakan suatu hegemoni sosial yang lebih elegan, yang lebih harmoni, dengan menekankan aspek titik temu, bukan perbedaan. Jangan sampai kita mengajarkan agama, tapi tidak sadar menanamkan kebencian kepada yang berbeda,” tegas Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam acara peluncuran di Asrama Haji Sudiang, Makassar, dikutip dari kemenag.go.id, Jumat, (25/7/2025).

Kurikulum ini disiapkan untuk diterapkan sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, dan akan menyasar seluruh lembaga pendidikan Islam di bawah Kemenag. Panduan KBC telah diserahkan secara simbolis kepada para guru, sebagai acuan awal dalam proses integrasi nilai-nilai cinta dalam pembelajaran.

“Nanti ada buku pintarnya untuk setiap guru. Kurikulum ini akan membuat anak-anak kita akrab satu sama lain tanpa harus menanggalkan keyakinan mereka. Mereka tetap beragama, tapi bisa saling menghargai,” lanjut Menag.

Peluncuran KBC juga dihadiri oleh Dirjen Pendidikan Islam Suyitno, para rektor PTKIN, Kakanwil Kemenag Sulsel, serta Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kemenag. Kegiatan ini berlangsung luring dan daring, melibatkan ratusan pemangku kepentingan pendidikan agama dari seluruh Indonesia.

Kemenag memastikan, KBC bukan hanya sebatas dokumen, tapi sebuah gerakan nasional. Langkah berikutnya adalah sosialisasi dan pelatihan guru, penyesuaian metode pembelajaran, penyusunan materi lintas pelajaran, hingga penyediaan sarana pendukung.

“Teologi ini harus bisa melahirkan logos yang hebat, lalu menjadi habit yang istimewa. Kalau ini terwujud, warna-warna perbedaan tidak akan tampak norak. Kita disatukan oleh satu ikatan primordial: cinta,” pungkas Nasaruddin.

Dengan KBC, pendidikan agama di Indonesia diarahkan bukan hanya untuk mencerdaskan, tapi juga memanusiakan. Generasi masa depan bukan hanya akan pintar, tetapi juga peduli, inklusif, dan mampu hidup berdampingan dalam harmoni. (ivan)