Emil Dardak Tekankan Pentingnya Vokasi Hadapi Disrupsi Industri 4.0 dan Society 5.0

pendidikan | 04 Desember 2025 18:22

Emil Dardak Tekankan Pentingnya Vokasi Hadapi Disrupsi Industri 4.0 dan Society 5.0
Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak paparkan tantangan keterserapan kerja di era Industri 4.0 dan Society 5.0. (dok bhirawa)

MALANG, PustakaJC.co - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menegaskan bahwa pendidikan vokasi harus diperkuat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu bertahan dan bersaing di tengah disrupsi Industri 4.0 dan Society 5.0. Pesan itu ia sampaikan saat menjadi keynote speaker dalam agenda “Strategi Peluang Kerja SMK Provinsi Jatim” yang digelar Dinas Pendidikan Jawa Timur di Ballroom Mercure Surabaya Grand Mirama, Rabu, (3/12/2025).

 

Emil mengatakan perubahan besar dunia kerja kini berlangsung sangat cepat. Revolusi digital, big data, dan kecerdasan buatan telah menggeser banyak jenis pekerjaan. Dilansir dari bhirawaonline.co.id, Kamis, (4/12/2025).

 

“Pergeseran profesi diperkirakan mencapai 75–375 juta orang, dan sekitar 1,8 juta pekerjaan tergantikan oleh AI. Karena itu lulusan SMK tidak boleh berhenti belajar setelah menerima ijazah,”ujarnya.

 

 

 

Dengan kepadatan penduduk mencapai 42 juta jiwa, Emil menilai Jawa Timur perlu mendorong terciptanya banyak pekerjaan baru tanpa bergantung pada sumber daya alam. Ia juga menyoroti tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK yang saat ini berada di angka 6,78 persen, turun dari 8,70 persen pada 2023. Meski menurun, angka itu tetap tertinggi dibanding jenjang pendidikan lain.

 

Salah satu inovasi yang didorong Emil adalah model gig economy, yakni pola kerja berbasis proyek yang dinilai cocok bagi bidang fotografi, multimedia, event, dan sektor kreatif lainnya. 

 

“Gig economy itu ibarat panggung. Penghasilan diperoleh dari proyek, bukan gaji bulanan,” tuturnya.

 

 

 

Selain itu, ia menekankan luasnya peluang kerja lintas disiplin melalui kolaborasi antara Dinas Pendidikan Jatim dan dunia usaha dunia industri (DUDIKA). Di antaranya melalui program Milenial Job Center dan Merdeka Berkarir yang memungkinkan pelajar menjelajah lebih dari satu kompetensi. Industri pun kini membuka kebutuhan lebih beragam, termasuk kerja sama Dindik Jatim dengan United Tractors serta Apotek K24 yang membutuhkan SDM mulai dari operator alat berat hingga tenaga IT dan multimedia.

 

Emil juga memaparkan tren positif keterserapan lulusan SMK Jatim pada 2024. Sebanyak 49,18 persen telah bekerja, 24 persen berwirausaha, dan rata-rata masa tunggu bekerja hanya 3,3 bulan. Ia menilai momentum tersebut harus dimanfaatkan untuk memaksimalkan peluang kerja, termasuk ke luar negeri.

 

Menurut Emil, kesempatan kerja internasional semakin terbuka lebar. Taiwan membuka sekitar 15 ribu lowongan kerja, Jepang membutuhkan lebih dari 345 ribu tenaga kerja melalui skema Specified Skilled Worker (SSW), dan Korea juga menawarkan peluang di banyak sektor. 

 

“Jangan menunggu lulus baru belajar bahasa. Mulai dari kelas 9 atau 10 sudah harus disiapkan. Ini proses panjang,” tegasnya.

 

 

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Aries Agung Paewai, menegaskan komitmennya meningkatkan keterserapan lulusan SMK melalui tiga langkah strategis.

 

Pertama, memperkuat link and match dengan DUDIKA. Industri didorong untuk hadir lebih banyak di sekolah, mengajar, hingga memberi praktik langsung. 

 

“Ini yang dibutuhkan anak-anak kita,” kata Aries.

 

Kedua, mempercepat sertifikasi dan penyediaan micro-credential. Sekitar 5.000 siswa telah mengantongi paspor kompetensi yang diakui sebagai modal penting untuk bersaing di pasar global. Aries menekankan pentingnya karakter kerja yang kuat. 

 

“Ada anak yang dipulangkan dari Jepang karena masalah disiplin. Ini harus diperbaiki,” ujarnya.

 

Ketiga, memperluas perlindungan dan akses pasar kerja, termasuk bagi peserta magang dan calon Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dindik Jatim memastikan program magang tidak berhenti sebagai kewajiban sekolah, tetapi berkelanjutan hingga penempatan kerja.

 

Dengan kolaborasi pendidikan, industri, dan penguasaan bahasa asing, Emil dan Dindik Jatim optimistis lulusan SMK mampu bersaing tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di pasar global. (ivan)