Kiai Sahlan memimpin milisi perang mengusir penjajah melalui Hizbullah di wilayah Manyar. Ia tanpa henti mengobarkan semangat jihad di kalangan warga Manyar Gresik.
Sehingga tahun 1948 sempat akan ditangkap oleh pasukan Pemerintahan Hindia Belanda atau NICA. Ia bahkan sempat mengungsi ke Tuban, tepatnya di daerah Nguruan Kecamatan Soko Kabupaten Tuban, bersama anak-anak dan istri beliau.
Dalam masa pengungsiannya, Kiai Sahlan diuji oleh Allah SWT. Salah seorang putranya bernama Muhammad Rozi meninggal. Penyebabnya, terkena wabah penyakit (Pagebluk).
Kiai Sahlan mempunyai sebelas putra dan putri dari pernikahannya dengan Nyai Zainah. Nyai Zainah sendiri merupakan keturunan dari Kiai Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik. Secara berurutan Nyai Zainah putri dari Kiai Rozi putra dari Maryam putri dari Rosiyah putri dari Kiai Harun putra dari Kiai Qomaruddin. Sedangkan Nyai Zainah dipersunting oleh Kiai Sahlan Manyar pada tahun 1920.
Duka bertubi-tubi dirasakan oleh Kiai Sahlan dan Nyai Zainah. Pasalnya putra-putrinya meninggal pada waktu kecil dan perjaka. Kecuali Kiai Ahmad Zahid, Kiai Abdul Wahhab, dan KH Muhammad Idris. Ketiga putranya inilah yang meneruskan perjuangan Kiai Sahlan.