Menurut tulisan Ishomul Yaqin, Kiai Sahlan mendirikan sebuah langgar bernama Langgar Sahliyah. Surau itu terletak di utara Masjid Jami’ Manyar Gresik. Kala itu, fungsi langgar selain menjadi tempat salat, juga menjadi tempat Kiai Sahlan untuk mengajar masyarakat ngaji Al Qur’an dan Fikih.
Walau di usia yang masih sangat muda, yakni 18 tahun, Kiai Sahlan sudah mengajar ngaji dan juga mengenalkan masyarakat Manyar tentang ilmu fikih. Sedangkan dalam proses mengajak masyarakat untuk berbuat baik (amar ma’ruf), beribadah sesuai ajaran islam Ahlussunnah wal jamaah—Kiai Sahlan selalu mengedepankan tata krama dan akhlak yang baik.
Dalam proses memberikan bimbingan keagamaan Kiai Sahlan tidak menggunakan cara kekerasan dalam syiarnya. Bukan karena ia penakut atau tidak tegas, akan tetapi ia meletakkan prinsip bila masyarakat melakukan suatu kemaksiatan itu karena ketidaktahuan atau awamnya ilmu agama, dan belum mendapatkan hidayah Allah SWT.
Sementara Ishomul Yaqin juga menuliskan bila terdapat keunikan pada penampilan Kiai Sahlan. Ia selalu mengenakan udeng di kepalanya. Udeng jowo batik sebagai ciri khas beliau, kalau dipakai seperti blangkon.