Karomah Kiai

Manakib Kiai Sahlan Manyar Gresik

tokoh | 22 Januari 2025 09:59

Manakib Kiai Sahlan Manyar Gresik
Dok nugres

 

“Kiai Lan, tuku ori akeh iki digawe opo?”, Pertanyaan seperti itu hanya memusar dalam percakapan para santri dan sahabat-sahabat Kiai Sahlan. Tidak satu pun berani bertanya. Malah masih dalam posisi memendam keheranan dan penasaran membuncah itu, para santri diminta untuk merakit bambu yang telah ia beli menjadi rakit (gethek).

 

Berselang beberapa hari setelah pembuatan rakit tersebut, ternyata banjir besar datang dan gethek sebagai alat transportasi Kiai Sahlan dari rumah ke masjid untuk menjadi imam jamaah salat lima waktu. Cerita kewaskitaan Kiai Sahlan ini ditulis Ishomul Yaqin melalui penuturan salah satu santri Kiai Sahlan.

 

Pada malam Selasa Pon malam 20 di bulan Jumadil Akhir 1389 Hijriah bertepatan dengan tanggal 2 september 1969 Masehi, di malam itu setelah jamaah maghrib, Kiai Sahlan langsung turun dan pulang ke ndalem. Tentu saja membuat para santri dan sahabat-sahabat beliau keheranan karna tidak biasa Kiai Sahlan pulang selepasa jamaah maghrib.

 

Sebab, kebiasan Kiai Sahlan nyambung sampai salat Isya’. Ketika beliau sampai rumah, Nyai Zainah istri beliau juga keheranan dan bertanya “Dengaren njenengan kok mantuk awal? (Kok tidak biasa pulang lebih awal)  beliau Kyai Sahlan langsung menjawab; “?? ??? ??????????”.

 

Kemudian Kiai Sahlan mandi dan berganti sarung putih seraya minta untuk memanggil putra-putranya. Dan minta untuk berbaring menghadap kiblat. Di penghujung mangkatnya, Kiai Sahlan Manyar bahkan sempat membaca Surat Al Ikhlas 100 kali, kemudian para putranya, sahabat, dan santri-santrinya membacakan Surat Yaasin. Dan sekira pukul 19.30 WIB, Kiai Sahlan dipanggil oleh Allah SWT. (int)