Nyai Hj. Fatmah Mawardi

Mengabadikan Kisah Rasulullah dalam Syiir Madura

tokoh | 29 Maret 2025 23:31

Mengabadikan Kisah Rasulullah dalam Syiir Madura
Nyai Hj. Fatmah Mawardi Prenduan terhadap Rasulullah SAW tidak hanya tercermin dalam kesehariannya mengikuti sunnah, tetapi juga melalui karya sastra berbentuk syiir. (dok nu.or.id)

MADURA, PustakaJC.co - Kecintaan mendalam almarhumah Nyai Hj. Fatmah Mawardi Prenduan terhadap Rasulullah SAW tidak hanya tercermin dalam kesehariannya mengikuti sunnah, tetapi juga melalui karya sastra berbentuk syiir. Salah satu karya monumentalnya yang terus dikenang adalah "Riwayat Epon Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam" yang berisi kisah hidup Nabi Muhammad SAW dari masa kecil hingga perjuangannya dalam menegakkan Islam.

Bagi masyarakat Prenduan, Sumenep, Madura, khususnya di lingkungan Madrasah yang didirikan Nyai Fatmah, syiir ini telah menjadi bagian penting dalam tradisi keislaman mereka. Setelah wafatnya Nyai Fatmah pada 11 Agustus 1994 di Pondok Pesantren Badridduja Kraksaan, Probolinggo, karya ini terus hidup dan dilantunkan oleh para santri di momen-momen khusus, terutama saat peringatan Maulid Nabi di bulan Rabiul Awal. Dikutip dari nu.or.id Sabtu, (29/3/2025).

Karya ini memiliki 310 bait dalam bahasa Madura yang berisi pesan moral mendalam, mulai dari ajakan untuk meneladani ibadah Rasulullah hingga pentingnya bersyukur kepada Allah. Setiap bait syiir ini disusun dengan pola empat baris yang masing-masing terdiri dari 8–12 suku kata, menciptakan irama khas yang memudahkan untuk dihafal dan didendangkan.

Salah satu bait yang paling menggugah berbunyi:

Lamon terro salametta,
Bisa nyarrep syafaatta
(Kalau ingin selamat, dapat meresap syafaat)

Rasulullah nyafaateh,
Dha' ummatta se ngabhakteh
(Rasulullah menyafaati, pada umat yang berbakti)

Bait ini mengingatkan bahwa keselamatan di akhirat hanya bisa diraih dengan mengharap syafaat Rasulullah SAW melalui ketaatan dan ketekunan dalam ibadah.

Uniknya, syiir ini tidak hanya dibaca dalam majelis ilmu, tetapi juga diubah menjadi lagu hadrah oleh para santri Badridduja. Dengan iringan musik rebana, syiir ini menjadi media dakwah yang menggugah hati, terutama saat peringatan Maulid Nabi.

Karya Nyai Fatmah juga menggambarkan keteladanan Rasulullah SAW dalam beribadah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu anha, Rasulullah kerap melaksanakan shalat malam hingga kedua telapak kakinya merekah. Saat ditanya alasan beliau beribadah sedemikian tekun, Rasulullah menjawab:

Afalaa akuunu 'abdan syakuuraa?
"Apakah tidak boleh jika aku menjadi hamba yang bersyukur?"

Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dikisahkan:

 

(Kaana Rasûlullâhi shallallâhu ‘alayhi wa sallama yushallî hattâ tazla‘a qadamâhu)

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan shalat hingga kedua telapak kakinya merekah."

Pesan ini pula yang ditekankan oleh Nyai Fatmah dalam syiirnya. Ia berpesan agar umat Islam tidak bosan beribadah dan selalu mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat:

Sangona odhi' kembali,
Senneng dunnya jha' parduli
(Bekal hidup kembali, senang dunia jangan peduli)

Karya "Riwayat Epon Rasulullah" menjadi bukti bahwa sastra lokal mampu menjadi sarana dakwah yang efektif. Dengan bahasa daerah yang mudah dipahami, pesan cinta kepada Rasulullah SAW dan semangat meneladani ibadahnya terus hidup di hati para santri dan masyarakat Madura hingga kini.

Nyai Fatmah mungkin telah tiada, tetapi warisan syiirnya tetap abadi, mengalun di setiap peringatan Maulid Nabi dan menjadi pengingat bahwa mencintai Rasulullah bukan hanya diucapkan, tetapi dibuktikan dalam sikap dan amalan sehari-hari. (ivan)