Nama Haji Purwa sendiri mengandung makna simbolik. Dalam bahasa Sunda, purwa berarti pertama. Namun perlu dibedakan, istilah “haji” dalam konteks beliau adalah ibadah ke Makkah, bukan gelar raja seperti dalam beberapa prasasti Sunda Kuno, seperti Batu Tulis (1533 M) dan Pasir Muara (942 M).
Selain Haji Purwa, tokoh awal Islam di Cirebon juga meliputi Syekh Quro dari Campa dan Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nurjati). Ketiganya membuka jalan bagi generasi berikutnya, seperti Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), yang memperluas dakwah Islam ke seluruh Tatar Sunda.
Perjalanan Haji Purwa membuktikan bahwa keislaman di Nusantara bukanlah warisan pasif, melainkan hasil dari perjalanan jauh, pilihan personal, dan perjuangan spiritual. Kisah ini menegaskan bahwa jejak haji pertama di Nusantara tak hanya milik kerajaan besar atau tokoh Jawa Tengah, tapi juga dimulai dari bumi Sunda, dari tangan seorang pedagang yang memilih jalan dakwah. (ivan)