Di luar kiprahnya sebagai aktivis, Farida adalah dosen di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan ibu yang hangat bagi anak-anaknya.
“Setiap selepas maghrib, ketika kami masih kecil dan butuh bimbingan, beliau selalu duduk bersama kami membantu mengerjakan PR dan berdiskusi soal pelajaran,” kenang Sari, putrinya.
Kepeduliannya terhadap pendidikan tak hanya ditujukan kepada keluarganya, tapi juga pada kader-kader perempuan NU di berbagai pelosok Indonesia.
“Beliau bukan hanya berhasil mengkader anak-anak IPPNU dan Muslimat, tetapi juga berhasil mendidik putra-putrinya hingga sukses,” tambah Vela, sapaan akrab Washfi Velasufah.
Warisan perjuangan Farida Mawardi menjadi napas panjang gerakan pelajar putri NU hingga hari ini. Sosoknya adalah simbol keberanian, kelembutan, dan keteguhan dalam memperjuangkan hak perempuan, pendidikan, dan organisasi. (ivan)