Farida Mawardi

Pelita Perempuan NU Itu Telah Padam

tokoh | 19 Juni 2025 10:05

Pelita Perempuan NU Itu Telah Padam
Pusara Farida Mawardi. (dok nuonline)

JAKARTA, PustakaJC.co - Kabar duka datang dari keluarga besar Nahdlatul Ulama. Farida Purnomo Mawardi, Ketua Umum IPPNU periode 1963–1966 yang dikenal sebagai tokoh penggerak perempuan muda NU, wafat dalam usia senja pada Selasa, (17/6/2025) sore di kediamannya, Jalan Kebon Sirih Barat No. 7, Jakarta Pusat.

 

“Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Telah berpulang ke rahmatullah Ibu Farida Purnomo Mawardi binti almarhumah Ibu Nyai Hj. Mahmudah Mawardi,” ujar putri almarhumah, Sari, kepada NU Online, dikutip dari nu.or.id, Kamis, (19/6/2025).

 

Jenazah dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat, pada Rabu, (18/6/2025).

 

Farida tercatat sebagai Ketua Umum PP IPPNU keempat, hasil Kongres IV IPNU-IPPNU di Purwokerto, Jawa Tengah tahun 1963—kongres pertama yang mempertemukan IPNU dan IPPNU dalam satu forum waktu dan tempat.

Di bawah kepemimpinannya, sekretariat PP IPPNU dipindahkan dari Surakarta ke Yogyakarta. Ia juga menjadi pelopor perluasan IPPNU di luar Pulau Jawa, seperti ke Jambi dan Lampung.

 

“Beliau adalah gerbang utama meluasnya IPPNU. Sangat berjuang tanpa henti, hidupnya didedikasikan untuk Nahdlatul Ulama,” ujar Ketua Umum PP IPPNU 2022–2025, Washfi Velasufah, Rabu (18/6).

 

Farida juga dikenal aktif di berbagai organisasi perempuan seperti Muslimat NU, KOWANI, dan MKGR. Ia adalah putri dari pendiri IPPNU dan Muslimat NU, Nyai Hj. Mahmudah Mawardi. Kakaknya, KH Chalid Mawardi, adalah mantan Ketua Umum GP Ansor 1980–1985 dan Dubes RI di Suriah dan Lebanon.

Di luar kiprahnya sebagai aktivis, Farida adalah dosen di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan ibu yang hangat bagi anak-anaknya.

 

“Setiap selepas maghrib, ketika kami masih kecil dan butuh bimbingan, beliau selalu duduk bersama kami membantu mengerjakan PR dan berdiskusi soal pelajaran,” kenang Sari, putrinya.

 

Kepeduliannya terhadap pendidikan tak hanya ditujukan kepada keluarganya, tapi juga pada kader-kader perempuan NU di berbagai pelosok Indonesia.

 

“Beliau bukan hanya berhasil mengkader anak-anak IPPNU dan Muslimat, tetapi juga berhasil mendidik putra-putrinya hingga sukses,” tambah Vela, sapaan akrab Washfi Velasufah.

 

 

 

Warisan perjuangan Farida Mawardi menjadi napas panjang gerakan pelajar putri NU hingga hari ini. Sosoknya adalah simbol keberanian, kelembutan, dan keteguhan dalam memperjuangkan hak perempuan, pendidikan, dan organisasi. (ivan)