Warisan kepemimpinannya berlanjut melalui dua putrinya. Putri sulungnya, Nyai Ageng Pinatih (Sayyidah Fatimah), bermigrasi ke Jawa dan menjadi syahbandar Gresik. Ia juga mengasuh Sunan Giri yang kelak menjadi Walisongo terkemuka. Sementara putri kedua, Shi Er Jie, menerima mandat pengamanan jalur rempah di wilayah Sumatra.
Pembangunan Pelabuhan Gresik pada 1425 merupakan investasi bersama Pasai, kerajaan di Jawa, dan Ming. Pelabuhan ini berkembang menjadi pusat perdagangan Islam terbesar di Jawa selama seabad berikutnya, menegaskan posisi strategis keluarga Malik Ibrahim dalam jaringan rempah dan dakwah Islam.
Dengan temuan baru ini, sosok Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim dipandang bukan hanya sebagai penyebar Islam, tetapi sebagai penguasa berwibawa, pilar para sultan, serta figur sentral yang merintis fondasi monoteisme di Tanah Jawa sekaligus membentuk lanskap politik dan keagamaan abad ke-15. (ivan)