Ulama kontemporer seperti Muhammad Amin al-Harari memperjelas bahwa kebolehan Nabi menyertakan umatnya dalam kurban adalah kekhususan beliau, bukan umat biasa:
قُلتُ: تَضْحِيَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أُمَّتِهِ مَخْصُوصٌ بِهِ، وَالصَّحَابَةُ كَانُوا يُضَحُّونَ الشَّاةَ الْوَاحِدَةَ، يَذْبَحُهَا الرَّجُلُ عَنْ نَفْسِهِ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ
“Kurban Rasulullah SAW atas nama umat adalah kekhususan bagi beliau. Para sahabat biasa menyembelih satu kambing untuk diri dan keluarganya.” (Syarh Sunan Ibnu Majah, Juz 18, hlm. 381)